REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengaku optimis Islam akan bangkit dari Indonesia, sehingga jadi contoh bagi dunia. Menurutnya, pola pendidikan pesantren akan melahirkan generasi selanjutnya yang membawa kejayaan bagi Indonesia.
Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Bambang menyampaikan, optimismenya saat menghadiri acara Maulud Nabi di Pesantren Jagat Arasy, BSD, Tangerang Selatan, Sabtu (10/2). Dalam kesempatan itu, Bamsoet juga menandatangani prasasti Green Campus bersama Mursyid Tareqat Qadiriyah Naqsabandiyah Syekh Abah Gaos dari Suryalaya.
Bamsoet mengatakan, ajaran Islam mengenai pentingnya kerja keras, disiplin, hemat, cinta ilmu pengetahuan, serta berpandangan jauh ke depan merupakan nilai-nilai dan etos yang harus dikembangkan untuk meraih kemajuan. Karena itu, dia meyakini, pesantren sebagai lembaga pendidikan mempunyai kedudukan yang penting.
"Melalui pesantren, bisa dikembangkan ilmu pengetahuan dan etos kemajuan yang dilandasi keimanan dan akhlak yang mulia. Dengan demikian ilmu pengetahuan tidak tercerabut dari etika dan moral agama," ujarnya di hadapan jamaah santri.
Bamsoet mengatakan, kalangan muslim dari berbagai belahan dunia menaruh harapan bahwa kebangkitan Islam akan mundul dari Indonesia. Menurutnya, Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang berhasil menjalankan sistem demokrasi.
Di Indonesia, Islam dan demokrasi dapat berjalan seiring dan saling mengisi. Dengan demokrasi yang stabil, pembangunan ekonomi untuk kemakmuran bisa diwujudkan, ulasnya.
Kondisi itulah yang tak terlihat di banyak negara Islam lainnya. Akibatnya, banyak negara Islam yang gagal dalam menerapkan demokrasi.
"Fenomena itulah yang kita saksikan di Timur Tengah dan Afrika, dengan apa yang disebut sebagai gerakan Arab Spring," tutur Bamsoet.
Mantan ketua Komisi III DPR itu juga mengaku bersyukur karena Indonesia bisa bertahan sebagai bangsa yang kuat. Menurutnya, hal itu tak terlepas dari Pancasila yang menjadi falsafah dan ideologi dalam berbangsa.
Pancasila merupakan titik temu dari kebinekaan dan kemajemukan kita sebagai bangsa, kata politikus kelahiran 10 September 1962 itu. Selain itu, Indonesia juga memiliki organisasi keagamaan yang moderat dan terlibat dalam perjuangan kemerdekaan. Dengan demikian, ormas Islam tersebut merasakan pahit getirnya melawan penjajah guna merebut kemerdekaan dan menegakkan keadilan.
Karena itu, bagi umat Islam, Pancasila dan NKRI adalah harga mati. Umat Islam akan berada di garda terdepan dalam menghadapi setiap upaya yang ingin mengganti Pancasila serta mengancam keutuhan NKRI.