Ahad 11 Feb 2018 18:02 WIB

Parisadha Buddha Darma: Jangan Peralat Agama dengan Politik

Jangan masuk wilayah agama dalam berkampanye.

Rep: umi nur fadhilah/ Red: Muhammad Subarkah
Petugas kepolisian melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) kasus penyerangan di Gereja Katholik St. Lidwina, Jambon, Trihanggo, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta, Ahad (11/2).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petugas kepolisian melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) kasus penyerangan di Gereja Katholik St. Lidwina, Jambon, Trihanggo, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta, Ahad (11/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA Parisadha Buddha Dharma berharap tak ada upaya memperalat dan menggunakan isu agama di tahun politik.

Agama nggak salah, semua agama baik, tapi jangan diperalat, kata Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Suhadi Sandjaja kepada Republika, Ahad (11/2).

Ia beranggapan, tahun politik adalah momentum pesta demokrasi. Menurut dia, yang namanya pesta demokrasi, maka harus dirayakan dengan suka ria.

"Kalau sudah dipilih, itu kan pimpinan kita semua, bukan pimpinan untuk kelompok kita," ujar Suhadi.

Menurut dia, agama harus menjadi dasar perilaku setiap umat manusia. Sebab, semua agama mengajarkan kebaikan pada pemeluknya.

"Jadi, jangan memperalat agama, dan yang punya agama jangan mau diperalat," kata Suhadi.

Terkait adanya wacana kebijakan Bawaslu menyusun materi dakwah dan ceramah, ia mengatakan selama ini pemuka agama Buddha telah lama melakukannya. Kampanye mencegah politik uang, mencegah berita bohong, dan hidup damai sudah menjadi bimbingan sehari-hari pemeluk agama Buddha.

"Kembalikan kesucian agama. Jangan masuk wilayah agama (dalam berkampanye)," ujar dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement