REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu angkat bicara soal desakan Rusia terkait serangan udara ke Suriah. Netanyahu menegaskan Israel akan terus mempertahankan diri dari ancaman Iran yang datang melalui Suiah.
"Saya tegaskan kepada Putin, adalah hak dan kewajiban untuk membela diri akan agresi kepada kami dari wilayah Suriah. Kami sepakat koordinasi keamanan militer kami akan diteruskan," kata Netanyahu seperti diwartakan RT, Ahad (11/2).
Netanyahu mengaku mendapat peringatan akan bahaya militer Iran di Suriah. Dia menuding, Iran menggunakan kawasan di Suriah untuk menyerang Israel dengan tujuan untuk menghancurkan negaranya.
Netanyahu mengatakan, Israel akan terus melawan serangan yang diberikan kepadanya atau serangan dari Iran. Hal itu, dia mengungkapkan, untuk menghentikan kehadiran militer Iran di Suriah atau di daerah manapun.
Netanyahu mengatakan, operasi militer yang dilakukan juga telah dibicarakan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson. Meski berpotensi memperburuk keadaan di Suriah, Tillerson mengatakan, AS mendukung Israel untuk melaksanakan hak mereka mempertahankan diri.
"Eskalasi ancaman dan ambisi Iran untuk memproyeksikan kekuatan dan dominasinya, memberikan risiko kepada semua orang, mulai dari Yaman sampai Lebanon," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Heather Nauert.
Serangan yang dilakukan Israel ke Suriah merupakan balasan setelah jet tempur F-16 mereka jatuh di wilayah utara yang diduga ditembak oleh pasukan Suriah didukung Iran. Negara zionis itu kemudian melancarkan serangan udara pada Sabtu (10/2) untuk menargetkan pertahanan udara Suriah dan Iran.
Presiden Rusia Vladimir Putin lantas mendesak Benjamin Netanyahu untuk tidak memperburuk konflik di Suriah. Dia meminta Israel untuk menghindari langkah yang akan membuka konflik baru di kawasan.