Ahad 11 Feb 2018 19:06 WIB

Ulama dan Gereja Diserang, Ada Apa?

Rangkaian serangan terhadap ulama dan gereja ini dinilai aneh dan janggal.

Rep: Wahyu Suryana, Ali Mansur/ Red: Elba Damhuri
Petugas kepolisian melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) kasus penyerangan di Gereja Katholik St. Lidwina, Jambon, Trihanggo, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta, Ahad (11/2).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petugas kepolisian melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) kasus penyerangan di Gereja Katholik St. Lidwina, Jambon, Trihanggo, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta, Ahad (11/2).

REPUBLIKA.CO.ID Awal 2018 menjadi tahun muram bagi kehidupan beragama di Tanah Air. Ulama dan ustaz diserang oleh orang gila. Kini, pendeta dan gereja diserang juga.

Dari catatan Republika, setidaknya ada empat serangan terhadap ulama dan ustaz yang terkonfirmasi dalam tiga pekan terakhir ini. Serangan pertama menimpa Pengasuh Pondok Pesantren al-Hiadayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Emon Umar Basyri, Sabtu (27/1).

Serangan kedua terjadi pada 1 Februari 2018 dengan korban Ustaz Prawoto, Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis). Prawoto meninggal dunia oleh serangan yang dilakukan oknum tetangga yang diduga alami gangguan kejiwaan.

Kemudian ada serangan terhadap seorang santri dari Pesantren Al-Futuhat Garut oleh enam orang tak dikenal. Ada juga seorang pria yang bermasalah dengan kejiwaannya bersembunyi di atas Masjid At Tawakkal Kota Bandung mengacung-acungkan pisau.

Ketika serangan pertama terhadap ulama muncul, tidak ada kecurigaan kisah pedih ini akan berlanjut alias berseri. Namun, ketika kasus serupa dialami Ustaz Prawoto, banyak kalangan serangan seperti ini belum tentu berhenti di sini. Ada semacam pola yang sama dengan target yang sama untuk mengganggu kehidupan beragama di Indonesia.

Dan pada Ahad (11/2) ini, pendeta dan jemaat Gereja Santa Lidwina, Kabupaten Sleman, DIY, diserang. Empat jemaat luka-luka dan pendeta yang memimpin ibadah pun terluka akibat serangan menggunakan pedang.

Ketua Gereja Santa Lidwina, Sukatno, mengatakan, serangan terjadi usai misa dilaksanakan. Kegiatan misa digelar sekitar pukul 07.02 WIB.

Setelah beberapa ritual dilakukan, terdengar suara teriakan dari belakang dan telah terlihat beberapa orang berdarah-darah. Sebelum dilumpuhkan, pelaku sempat melakukan perlawanan kepada siapa saja yang mendekat.

Identitas pelaku mulai jelas

Polisi terus mendalami identitas pelaku serangan itu. Polisi menyatakan pelaku memang bukan orang Sleman. Ia berasal dari luar DIY.

"Pelaku atas nama Suliyono, sejauh ini diketahui warga Banyuwangi," kata Kapolres Sleman, AKBP Muchamad Firman Lukmanul Hakim, Ahad (11/2).

Pelaku yang membawa pedang itu melukai setidaknya empat orang jemaat dan satu petugas Polsek Gamping. Pelaku baru dapat diamankan setelah dilumpuhkan melalui dua tembakan ke kaki sebelah kanan. Setelah dilumpuhkan, pelaku dibawa ke Rumah Sakit UGM. Untuk proses penyelidikan, pelaku kemudian dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara.

Firman mengimbau kepada masyarakat agar tidak berspekulasi apa-apa terkait kejadian ini. Ia menegaskan, menjaga persatuan dan kesatuan merupakan tanggung jawab bersama, termasuk tanggung jawab untuk tidak membuat masyarakat panik.

Kapolda DIY, Brigjen Pol Ahmad Dhofiri, mengungkapkan adanya temuan ijazah di tas pelaku serangan Gereja Santa Lidwina ini. Namun, ia belum bisa memastikan status pelaku, termasuk lembaga pendidikan ijazah tersebut.

Untuk saat ini masih belum bisa dipastikan asal muasal ijazah itu. Walau kabar yang beredar pelaku merupakan mahasiswa, ia menekankan status pelaku sampai saat ini masih terus didalami. "Status tersangka kalau dari identitas mahasiswa, tapi kondisinya belum stabil jadi kita belum tahu pasti," ujar Dhofiri.

Kapolda mengecam kejadian ini sebagai tindakan biadab dan patut untuk dikutuk bersama. Namun, ia mengajak masyarakat untuk dewasa menanggapi peristiwa yang terjadi. Serta tidak menelan mentah-mentah informasi yang beredar.

Dhofiri meminta masyarakat sabar menunggu penyelidikan yang dilakukan Kepolisian sampai tuntas. Sampai saat ini, belum didapatkan pula informasi yang mengaitkan pelaku ke jaringan-jaringan tertentu.

Rangkaian serangan yang aneh

Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban Din Syamsudin berpendapat penyerangan terhadap jemaat Gereja Santa Lidwina merupakan tamparan besar. Apalagi, tokoh-tokoh pemuka agama baru saja menyelenggarakan musyarawah besar kerukunan bangsa di Grand Sahid Jaya, Jakarta pada 8-10 Februari 2018.

"Bagi kami yang baru saja selesai gelar musyawarah antarumat beragama untuk kerukunan bangsa ini sungguh merupakan suatu tamparan besar," ujar Din usai acara puncak perayaan agenda PBB World Interfaith Harmony Week di Jakarta Convention Hall (JCC), Jakarta, Ahad (11/2).

Din pun menyampaikan rasa keprihatinan yang mendalam kepada keluarga korban, baik pemimpin jemaat maupun sebagian jemaat dari gereja tersebut.

Din merasa heran dengan adanya kasus penyerangan terhadap tokoh-tokoh agama akhir-akhir ini. Karena, menurut dia, belum lama ini penyerangan tersebut juga terjadi pada tokoh Islam di Bandung, Jawa Barat. Apalagi, yang melakukan serangan terhadap ulama dan ustaz itu diduga orang gila.

Pimpinan Pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyesalkan dan mengutuk penyerangan Gereja Santa Lidwina Sleman oleh orang tidak dikenal. Wakil Ketua MUI, Zainut Tauhid, menyatakan tindakan tersebut sama sekali tidak mencerminkan ajaran nilai-nilai agama. "Apa pun motifnya tindakan tersebut patut dikutuk dan tidak bisa ditoleransi," ujar Zainut.

Karena itu, Zainut pun meminta kepada pihak kepolisian untuk bertindak cepat mengusut motif dari penyerangan seorang pria yang membawa pedang tersebut. Ini bertujuan agar tidak menganggu kehidupan umat beragama di Indonesia. Zainut meminta masyarakat agar tetap menjaga situasi yang kondusif dan tidak menyebarkan informasi yang provokatif.

Mantan Ketua Umum Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif, juga mengaku heran dengan peristiwa serangan ke gereja ini. Buya mengaku heran kejadian seperti itu bisa terjadi di Gereja Santa Lidwina yang berada di Bedog, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, DIY. Terlebih, selama ini tidak pernah terjadi masalah.

"Suasana setempat kondusif, selama ini tidak ada persoalan," ujar Buya.Apa motivasi serangan tersebut, Buya mengaku belum tahu namun meminta aparat menyelesaikannya dengan cepat.

Ketua Majelis Permusyawatan Rakyat (MPR) RI, Zulkifli Hasan, mengungkapkan setelah penyerangan terhadap ustaz beberapa waktu lalu, sekarang pastur dan gereja diserang. Ia mensinyalir ada upaya gerakan adu domba antarumat beragama.

"Gerakan yang ingin mengadu domba ummat beragama ini harus segera dihentikan," ujar Ketua Partai Amanat Nasional (PAN), Ahad (11/2).

 

Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk waspada terhadap upaya pihak-pihak yang ingin mengadu domba umat beragama. Karena, Zulkifli mengatakan, saat ini aparat kepolisian tengah bekerja mengungkap kasus penyerangan gereja tersebut.

Dia meminta agar masyarakat tetap menahan diri. Bagi dia, siapa pun yang ingin memecah belah persatuan dan kebinekaan harus bersama sama dilawan.

Kepastian alasan serangan

Polisi masih menunggu pemulihan pelaku serangan terhadap jemaat dan pendeta Gereja Lidwina untuk dimintai keterangan. Hal ini agar diketahui modus dan motif pelaku melakukan serangan yang mematikan tersebut di tengah prosesi ibadah umat Kristiani.

Sampai saat ini polisi belum bisa memastikan alasan di balik serangan-serangan tersebut. Apalagi, identitas pelaku masih belum jelas di mana dia sering berpindah-pindah tempat.

Kapolres Sleman Firman belum bisa mengatakan motif pelaku melakukan serangan ini karena masih terus didalami. Termasuk, kata dia, mendalami apakah pelaku mengidap gangguan jiwa atau tidak.

"Motif sementara kita belum tahu, kita masih dalami, gangguan jiwa kita belum tahu," ujar Firman.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement