Ahad 11 Feb 2018 21:25 WIB

Ini Lima Serangan Terhadap Ulama Hingga Gereja

Hingga saat ini belum ada satu kasus penyerangan ulama yang tuntas.

Rep: Arif Satrio Nugroho, Wahyu Suryana, M Fauzi Ridwan/ Red: Elba Damhuri
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo, Kabareskrim Komjen Pol Ari Dono, dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto meninjau langsung tempat kejadian perkara di Gereja St Lidwina, Sleman, Yogyakarta, Ahad (11/2).
Foto: Republika/Ronggo Astungkoro
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo, Kabareskrim Komjen Pol Ari Dono, dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto meninjau langsung tempat kejadian perkara di Gereja St Lidwina, Sleman, Yogyakarta, Ahad (11/2).

REPUBLIKA.CO.ID Sejak akhir Januari 2018 dinamika politik di Indonesia tampak begitu menggeliat. Ini ditandai dengan dimulainya proses Pilkada 2018 dan makin panasnya bursa capres-cawapres untuk Pilpres 2019.

Di tengah proses demokrasi itu, dunia politik Indonesia dinodai tindakan kekerasan terhadap ulama, ustaz, dan gereja (pendeta dan jemaatnya). Belum selesai dan tuntas kasus kekerasan yang menimpa KH Umar Basyri, muncul kekerasan terhadap Ustaz Prawoto di Bandung sampai meninggal.

Sejauh ini, polisi belum bisa menemukan motif dan benang merah antara satu kasus dengan kasus lainnya, terutama karena beberapa pelaku dianggap gila atau mengalami gangguan psikologis. Berikut ini sejumlah kekerasan yang terjadi sejak akhir Januari hingga pertengahan Februari 2018 ini.

Serangan pertama, pada akhir Januari, Pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Umar Basri (Mama Santiong), menjadi korban penganiayaan usai Shalat Subuh di masjid. Polisi menangkap pelaku penganiayaan yang kemudian diidentifikasi kemungkinan lemah ingatan.

Peristiwa kedua, serangan terhadap Komando Brigade PP Persis, Ustaz Prawoto. Ustaz Prawoto meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan di rumah sakit akibat dianiaya seorang pria pada Kamis (2/1) pagi.  

Pelaku berinisial AM melakukan pemukulan terhadap korban dengan menggunakan linggis. Dugaan sementara, pelaku mendapat gangguan jiwa. Ia sempat diperiksa kondisinya di Rumah Sakit Jiwa.

Insiden ketiga terjadi di Masjid at-Tawakkal, Bandung, di mana seorang pemuda yang bersembunyi di atas mengacung-acungkan pisau. Ia berteriak-teriak mengucapkan 'ustaz bukan? Ustaz bukan?'

Sehari kemudian, dilaporkan dari Sentul City, Bogor, seorang perempuan mondar mandir selama dua hari di sekitar Pesantren Fajrul Islam.

Peristiwa berikutnya terjadi pada Ahad (11/2) dini hari. Seorang pemuka agama Islam, Ustaz Abdul Basit mengalami pengeroyokan di depan rumahnya, Jalan Syahdan, Palmerah, Jakarta Barat. Akibat pengeroyokan itu, Abdul Basit pun mengalami luka di tangannya. Tiga orang pemuda dibekuk polisi.

Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Pol Hengki Haryadi mengatakan, usai mendapati laporan pengeroyokan, pihak kepolisian langsung melakukan penyelidikan. Hasilnya, tiga orang dari belasan remaja diamankan.

Imbas pengeroyokan ini, Abdul Basit mengalami luka di bagian tangan kirinya terkena bacokan yang diakibatkan sabet oleh clurit oleh sekelompok pemuda itu. Kasus pengeroyokan ini berawal dari Abdul Basit yang menegur sekelompok remaja yang sering kongkow dan kencing sembarangan. Teguran tersebut sudah sering ia lakukan dalam dua pekan terakhir.

Terakhir, jemaaat Gereja Santa Lidwina, Sleman, DIY, diserang pria tak dikenal pada Ahad (11/2) pagi usai melaksanakan misa. Empat jemaat luka-luka akibat serangan tersangka dengan menggunakan sebilah pedang.

Ketua Gereja Santa Lidwina, Sukatno, mengatakan, serangan terjadi usai misa dilaksanakan. Kegiatan misa digelar sekitar pukul 07.02 WIB.

Setelah beberapa ritual dilakukan, terdengar suara teriakan dari belakang dan telah terlihat beberapa orang berdarah-darah. Sebelum dilumpuhkan, pelaku sempat melakukan perlawanan kepada siapa saja yang mendekat.

Polisi menyatakan pelaku memang bukan orang Sleman. Ia berasal dari luar DIY. "Pelaku atas nama Suliyono, sejauh ini diketahui warga Banyuwangi," kata Kapolres Sleman, AKBP Muchamad Firman Lukmanul Hakim, Ahad (11/2).

Pelaku dapat diamankan setelah dilumpuhkan melalui dua tembakan ke kaki sebelah kanan. Setelah dilumpuhkan, pelaku dibawa ke Rumah Sakit UGM. Untuk proses penyelidikan, pelaku kemudian dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara.

Publik dan umat beragama berharap pihak berwenang segera menuntaskan kasus-kasus serangan yang mengganggu keharmonisan ini. Saat ini, polisi masih terus mendalami kasus ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement