Senin 12 Feb 2018 14:50 WIB

Jokowi Larang Dubes Cari-Cari Bantuan

Indonesia yang sudah masuk G20 seharusnya sudah membantu negara-negara lain.

Presiden Joko Widodo memberikan sambutan ketika membuka rapat kerja Kepala Perwakilan Republik Indonesia (KEPPRI) di Gedung Pancasila, Kemenlu, Jakarta, Senin (12/2).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan ketika membuka rapat kerja Kepala Perwakilan Republik Indonesia (KEPPRI) di Gedung Pancasila, Kemenlu, Jakarta, Senin (12/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) melarang para perwakilan RI di luar negeri terutama para duta besar mencari-cari bantuan dari negara tempat bertugas untuk Indonesia.

"Yang perlu saya ingatkan, kita ini sudah masuk negara G20. Artinya kita ini sudah masuk golongan negara besar,  jangan lagi ada yang merasa inferior, merasa kita ini rendah, kita jangan lagi mencari-cari bantuan-bantuan," kata Presiden Jokowi ketika membuka Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI di luar negeri di Jakarta, Senin (12/2).

Menurut dia, Indonesia yang sudah masuk G20 seharusnya sudah membantu negara-negara lain. "Jangan nanti begini lagi," kata Jokowi sambil mengulurkan tangan sebagai tanda meminta.

Dalam acara yang dihadiri Menlu Retno Marsudi dan Menko Polhukam Wiranto, Jokowi menegaskan Indonesia negara besar. Ekonomi Indonesia pertumbuhannya juga baik di mana di antara anggota G20, Indonesia berada di urutan tiga atau empat.

"Kalau kita masih merasa inferior juga, bagaimana kita mau gagah. Dalam summit, konferensi, saya selalu minta Bu Menlu, dubes, yang kita mau konferensi, nanti makan malam saya minta duduknya di sebelah tuan rumah. Kita ini negara besar jangan di pojok. Enggak mau saya," katanya.

Saat berfoto pun, ia meminta berada di sebelah atau sela satu dengan yang di tengah. "Jangan sampai paling pojok. Saya sudah pesan-pesan. Bukan untuk saya. Untuk menunjukkan negara kita sebagai negara yang besar," katanya.

Jokowi menyebutkan di ASEAN, hanya Indonesia yang masuk G20. "Kita negara besar, kalau ada yang menawarkan bantuan, ndak saya bilang. Kalau perlu kita bantu negara-negara yang memerlukan bantuan. Kemarin kita bantu negara-negara di Pasifik," katanya.

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengingatkan pentingnya diplomasi ekonomi dari perwakilan RI di luar negeri. "Kita harus serius menggarap pasar-pasar non-tradisional. Saya berikan contoh kemarin setelah kunjungan ke berbagai negara, terutama di negara Asia Selatan. Saya kaget juga masih banyak negara yang kita pandang sebelah mata padahal potensi ekonomi besar sekali," katanya.

Ia mencontohkan Pakistan yang penduduknya hampir 210 juta tapi ekonomi sangat baik. Juga Bangladesh dengan 160 juta penduduk sehingga besar sekali pasarnya.

Pertumbuhan ekonomi dua negara itu juga cukup tinggi hampir tujuh persen. "Saya juga pernah minta ke Pak Menteri Perdagangan, buat stan pameran besar-besaran," katanya.

Jokowi meminta jika memang ada pameran maka harus dimanfaatkan dengan persiapan matang dan stan yang besar. "Masa negara sebesar Indonesia, ekspornya kalah dengan Malaysia, kalah dengan Thailand, kalah dengan Filipina. Kita monoton, nggak pernah melakukan terobosan. Dengan Vietnam, kalah. Masa mau kita teruskan? Sekali lagi, di ASEAN hanya kita yang masuk negara G20. Tapi ekspor kita kalah dengan Filipina, Thailand, Vietnam," katanya.

Menurut dia, tanpa langkah terobosan, tidak tertutup kemungkinan Indonesia akan kalah dengan Kamboja dan Laos baik di bidang ekspor atau investasi. "Sudah saya sampaikan di depan menteri-menteri, nggak mau saya begitu lagi. Ekspor dan investasi kita memang naik, tapi kita nggak mau kalah dengan negara tersebut," kata Jokowi.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement