REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, memberlakukan status siaga darurat banjir dan longsor hingga 31 Maret. Itu menyusul intensitas curah hujan masih tinggi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur Dodi Permadi di Cianjur, Senin (12/2), mengatakan, sejak awal 2018 sejumlah kejadian bencana menerjang berbagai wilayah di Cianjur bersamaan dengan tingginya curah hujan.
Berdasarkan laporan dan pendataan, sejak Januari terjadi beberapa kali bencana di 13 lokasi, lima kali pergerakan tanah di empat kecamatan yang berdampak dua bangunan sekolah rusak di Kecamatan Campakamulya.
Di Kecamatan Sukaresmi satu rumah rusak sedang dan tiga rumah terancam. Di Kecamatan Pagelaran, 22 rumah dalam kondisi terancam dan di Kecamatan Tanggeung tiga unit rumah terancam.
Bencana lain adalah gempa bumi pada 23 Januari, dampaknya dirasakan di enam Kecamatan Tanggeung, Pagelaran, Cibinong, Sukaresmi, Pasirkuda dan Takokak, akibatnya 101 unit rumah rusak ringan dan 22 unit rumah rusak sedang.
"Tiga orang luka berat dan enam orang luka ringan. Sedangkan kejadian lain adalah dua kali puting beliung yang mengakibatkan empat rumah rusak berat, 1 rusak sedang dan 6 rusak ringan," katanya.
Selama Februari, tambah dia, terjadi dua kali bencana di dua Kecamatan Cipanas tepatnya di Desa Ciloto dan Kecamatan Sukaresmi tepatnya di Desa Rawabelut.
"Namun di kedua lokasi tersebut, hanya beberapa rumah yang terancam longsor dan pergerakan tanah. Sedangkan di Puncak Pass, tebing penyangga jalan longsor sepanjang 20 meter dan mengancam bahu jalan nasional," katanya.
Saat ini, BPBD terus berupaya menangani berbagai kejadian bencana tersebut dengan melakukan pendataan karena berhubungan dengan penyaluran bantuan."Untuk antisipasi kami imbau warga untuk mengungsi jika bencana susulan terjadi," katanya.
Wakil Bupati Cianjur, Herman Suherman, mengatakan Pemkab Cianjur, berupaya melakukan berbagai cara antisipasi bencana seperti mengungsikan warga yang tempat tinggalnya terancam atau terletak di wilayah rawan.
Bahkan pemerintah daerah telah menempatkan tiga unit alat berat di tiga wilayah rawan bencana di utara, tengah dan selatan, agar saat teradi bencana dapat langsung dilakukan penanganan secara cepat.
"Hasil pemetaan, hampir seluruh wilayah di Cianjur yang terdiri dari 32 kecamatan tergolong rawan bencana terutama wilayah selatan berpotensi terjadi pergerakan tanah, longsor dan banjir, sehingga semua terkonsentrasi ke selatan," katanya.
Pemkab Cianjur, tambah dia, sudah menginstruksikan seluruh perangkat daerah yang berkaitan dengan infrastruktur tetap siaga dan waspada menyikapi potensi bencana alam seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Tata Ruang dan Permukiman.
"Koordinasi lintas sektoral sangat diperlukan untuk penanganan kebencanaan. Meskipun harapan kami bencana alam di Cianjur tidak banyak terjadi, namun upaya kewaspadaan dan antisipasi harus dilakukan sejak awal," katanya.