REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta berencana mempromosikan agrowisata. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan jumlah wisatawan dan tercapai target 3,5 juta orang dalam acara Asian Games 2018.
Terkait hal tersebut, pengamat pariwisata Azril Azahari menilai agrowisata adalah hal yang baik. Akan tetapi, ia mengatakan wisata pertanian tidak bisa berdiri sendiri dan harus memperhatikan berbagai macam aspek.
"Dia harus dikaitkan dengan edu-tourism, dikaitkan juga dengan shopping-nya," kata Azril, saat dihubungi Republika.co.id, Senin (12/2).
Azril mengatakan, apabila nantinya rencana tersebut berjalan, di lokasi wisata pertanian perlu ditambah beberapa hal. Salah satunya adalah restoran yang bahan-bahannya mengambil langsung dari tempat pertanian tersebut.
"Sebelahnya nanti ada restorannya jadi restorannya diambil langsung dari penanaman itu. Jadi bisa wisata kuliner bisa juga dilihat darimana dia mengambil bahannya itu," lanjut dia.
Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) ini mencontohkan apa yang telah dilakukannya di Bali. Di persawahan Pulau Bali, ia mengembangkan wisata sawah yang juga mengikutkan para wisatawan untuk terjun langsung ke sawah.
"Barangkali bisa dipakai seperti yang saya kembangkan di Bali juga. Di Bali kami kembangkan orang-orang melihat, dia ke sawah tapi dia membajak sawah dengan kerbau bisa juga dengan mesin jadi mereka mencoba langsung," kata dia.
Menurutnya, pariwisata akan lebih baik bukan sekadar hal yang dinikmati tetapi juga mendidik. Pendidikan tersebut menurutnya bisa menjadi salah satu daya tarik. "Itu menjadi suatu atraksi. Jadi pariwisata itu diangkat menjadi satu daya tarik untuk mereka melihat bagaimana mengolah suatu pertanian. Nah ini yang bagus itu mengembangkan daya tarik," tambah Azril.
Untuk di Jakarta, menurutnya akan baik sekali untuk mengembangkan agrowisata. Khususnya tanaman hidroponik. Mengingat lahan pertanian di Jakarta tidak luas sehingga hidroponik bisa menjadi jalan keluar yang tepat.