REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Kohar Hari Santoso membenarkan adanya santri Pondok Pesantren Al Falah, Pamekasan, Madura yang mengalami Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) setelah melakukan imunisasi difteri. Namun demikian, Kohar memastikan, kejadian tersebut tidak ada hubungannya dengan vaksin yang diimunisasikan.
Kohar menjelaskan, kejadian tersebut tiada lain karena adanya reaksi ketakutan dari para santri yang divaksinasi tersebut. Selain itu, juga karena adanya beberapa santri yang belum melakukan sarapan pagi, sebelum dilakukan vaksinasi.
"Yang terjadi reaksi ketakutan dari para santriwati setelah divaksinasi tadi. Dan kondisi santriwati yang belum makan pagi dan maupun setelah diimunisasi. KIPI yang terjadi tidak ada hubungannya dengan vaksin," kata Kohar saat dihubungi Republika.co.id, Senin (12/2).
Maka dari itu, Kohar mengimbau, masyarakat di Jatim untuk tetap mengikuti kegiatan ORI difteri, meskipun setelah adanya kejadian tersebut. Sebab, menurutnya, vaksin itu sudah diteliti oleh banyak pakar dunia dan dinyatakan aman serta bermanfaat.
"Imunisasi untuk membuat masyarakat punya daya tahan terhadap penyakit tertentu seperti Difteri ini," ujar Kohar.
Kohar menambahkan, penyuntikan imunisasi mungkin tidak enak atau bisa jadi ada reaksi panas yang bisa di atasi dengan obat penurun panas. Maka dari itu, Kohar mengimbau masyarakat untuk mengpayakan kondisi "fit" saat menjalani imunisasi maupun setelahnya. "Ayo ikut imunisasi agar tidak terjangkit difteri," kata Kohar.