Selasa 13 Feb 2018 13:22 WIB

Lestarikan Macapat, Yogya Gelar Pertunjukan di 14 Kecamatan

Kegiatan akan digelar secara bergilir di 14 kecamatan di sepanjang 2018

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Hazliansyah
Gelaran Macapat dan Sarasehan yang digelar di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman, Selasa (23/1) lalu.  Macapat disajikan Paguyuban Seni Macapat Sekar Manunggal Sleman Sembada, dan akan dilaksanakan rutin tiap Rabu Wage setiap bulan.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Gelaran Macapat dan Sarasehan yang digelar di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman, Selasa (23/1) lalu. Macapat disajikan Paguyuban Seni Macapat Sekar Manunggal Sleman Sembada, dan akan dilaksanakan rutin tiap Rabu Wage setiap bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Seni macapat merupakan salah satu kekayaan budaya Yogyakarta yang keberadaannya sangat diminati berbagai kalangan. Bukan hanya kalangan sepuh, namun juga kalangan muda.

Oleh karena itu, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta bekerja sama dengan Paheman Pametri Budaya Jawa Aji Noto Nagoro Kota Yogyakarta dan Kecamatan se-Kota Yogyakarta, sepanjang tahun 2018 ini akan menyelengarakan kegiatan seni macapat sebanyak 14 kali.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Eko Suryo Maharsono menjelaskan kegiatan itu digelar secara bergilir di 14 Kecamatan.

"Kegiatan pelestarian seni macapat telah itu diawali pada tanggal 10 Februari 2018, bertempat di Pendopo Kecamatan Umbulharjo. Kegiatan Macapat ini dimaksudkan untuk melestarikan seni macapat yang berkembang di wilayah Kota Yogyakarta dan sekitarnya," kata Eko, Selasa (13/2).

Menurutnya, gelar macapat yang diselenggarakan di Kecamatan Umbulharjo diawali dengan pertunjukan seni Karawitan oleh group karawitan Kusumo Laras dari Kecamatan Umbulharjo.

Camat Kecamatan Umbulharjo, Mardjuki menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasinya atas diselenggarakannya kegiatan pelestarian seni macapat. Ia mengatakan, seni macapat merupakan salah satu seni budaya Jawa adiluhung yang mengandung tuntunan luhur dalam menjalani kehidupan. Baik yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat maupun dalam berperilaku dan budi pekerti.

"Gelar seni macapat di Kecamatan Umbulharjo mengambil bahan tembang macapat yang terdapat pada Serat Wedhatama yang ditulis oleh KGPAA Mangkunegara IV yang terdiri atas tembang pangkur, sinom, pucung, gambuh, dan kinanthi," kata dia.

Dalam kesempatan tersebut juga ditampilkan Pangkur Jenggleng oleh Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Eko Suryo Maharsono yang diiringi Group Karawitan Kusumo Laras.

Kemudian dilanjutkan dengan persembahan tari Pudyastuti yang ditarikan oleh Erisa Putri Cahyani dari RW V Celeban Yogyakarta dan persembahan seni panembromo dari paguyuban panembromo Rosomulyo Kelurahan Tahunan Umbulharjo.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement