REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aliansi Petani menyebutkan, naiknya harga gabah kering panen (GKP) masih belum menguntungkan petani. Karena kenaikan harga tidak hanya terjadi di beras, tapi harga bahan pangan yang lain yang berpengaruh pada nilai tukar petani.
Sekjen Aliansi Petani Indonesia, M Nuruddin menjelaskan, saat ini harga GKP yang dibeli oleh pedagang besar berada di kisaran Rp 3.900- 5.500 per kilogram. Namun bagusnya harga gabah tidak berkorelasi terhadap nilai tukar petani.
"Harga gabah menguntungkan petani, sampai 30 persen. Tapi tidak berkorelasi terhadap nilai tukar petani, karena harga kebutuhan pokok lain juga naik," ujar M Nuruddin kepada Republika.co.id, Selasa (13/2).
Menurut Nuruddin, harga tersebut akan menguntungkan dan dapat dinikmati petani apabila harga beras terus stabil. Sebab, meskipun keuntungan 30 persen karena dibeli rata- rata Rp 5.000, kemudian diolah menjadi beras medium dengan harganya di tingkat kecamatan masih sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) pemerintah, tapi karena inflasi naik, kemudian kebutuhan daerah yang membutuhkan beras juga naik.
"Inflasi menggerakkan harga lain juga naik, sehingga nilai tukar petani yang diharuskan bisa naik sampe 0,8 -1,5 diperkirakan tidak berkorelasi. Jadi tetap saja tidak untung walaupun harga gabah bagus," jelas Nuruddin.
Tercatat saat ini harga beras medium di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) belum mengalami penurunan signifikan. Harga beras IR 64 I berada di angka Rp 12.200 per kilogram (kg), Rp 11.675 per kg untuk IR 64 II dan Rp 8.500 per kg untuk IR 64 III.