Selasa 13 Feb 2018 17:34 WIB

Menlu Terima Sertifikat dari UNESCO untuk Pinisi

Pinisi ditetapkan sebagai Warisan Budaya tak Benda.

Pekerja bersiap menarik kapal pinisi saat akan diturunkan ke laut di kawasan pembuatan kapal pinisi Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Jumat (7/7).
Foto: Antara/Abriawan Abhe
Pekerja bersiap menarik kapal pinisi saat akan diturunkan ke laut di kawasan pembuatan kapal pinisi Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Jumat (7/7).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menerima sertifikat dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) untuk Pinisi, yaitu seni pembuatan perahu di Sulawesi Selatan. Menurutnya penetapan Pinisi sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia adalah kebanggaan besar bagi rakyat Indonesia.

Pernyataan tersebut disampaikan Menlu RI saat menerima sertifikat penetapan Warisan Budaya Tak Benda dari Hotmangaradja Pandjaitan, Duta Besar RI untuk Perancis sekaligus Delegasi Tetap RI untuk UNESCO di Kementerian Luar Negeri.

"Pinisi: Seni Pembuatan Perahu di Sulawesi Selatan" ditetapkan menjadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda Dunia pada 7 Desember 2017 lalu di Korea Selatan. Penetapan tersebut dilakukan oleh UNESCO, badan PBB yang menangani kerja sama dunia bidang pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan.

Namun demikian, Menlu mengingatkan bahwa penetapan UNESCO itu bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya sarana untuk mendukung pelestarian budaya nasional.

"Setiap penetapan yang diberikan UNESCO kepada budaya atau kekayaan alam Indonesia perlu diikuti dengan kebijakan pelestarian yang baik, termasuk penyuluhan kepada masyarakat," ujar Menlu Retno Marsudi di Jakarta, Selasa (13/2).

Dia juga menekankan kesiapan Kemenlu untuk terus bekerja sama dengan pemangku kepentingan terkait dalam melestarikan budaya dan kekayaan alam nasional.

Dengan keberhasilan Pinisi itu, Indonesia telah memiliki sembilan Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Warisan Budaya Tak Benda lainnya adalah keris, pertunjukan wayang, batik, pelatihan membatik, angklung, tari Saman, Noken Papua, dan tari Bali.

Untuk 2018, pemerintah Indonesia menargetkan keberhasilan nominasi Pantun yang merupakan nominasi gabungan bersama Malaysia, sementara pada 2019, nominasi yang ditargetkan adalah Pencak Silat.

Sementara itu, Dubes Hotmangaradja Pandjaitan menegaskan kesiapan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Paris untuk terus mengawal proses nominasi Pantun dan Pencak Silat.

"Pengakuan UNESCO terhadap kekayaan alam dan budaya Indonesia adalah dorongan bagi kita untuk selalu merawat alam dan budaya, sekaligus untuk menebalkan rasa cinta Tanah Air," ujar Dubes RI.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement