REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir menilai, inflasi pada Februari 2018 akan lebih rendah dibandingkan inflasi Januari 2018. Iskandar mengaku, harga beras yang tinggi pada bulan lalu menyebabkan tingkat inflasi mencapai 0,62 persen.
Menurut Iskandar, saat ini pemerintah telah melakukan penanganan salah satunya dengan mengizinkan impor beras.
"Yang jelas (inflasi) lebih rendah dari Januari 2018. Kemarin kan 0,6 persen. Pasti lebih rendah kan sudah ada yang datang beras impor," ujar Iskandar di Jakarta, Selasa (13/2).
Iskandar mengatakan, saat ini harga beras juga sudah berangsur turun. Ia mengaku, dengan adanya impor beras yang dilakukan pemerintah dapat menekan harga di pasaran. "Kan sudah diputuskan impor. Begitu diputuskan impor, secara psikologis sudah berpengaruh itu ada turun sedikit," ujar Iskandar.
Bongkar muat beras impor asal Vietnam sebanyak 10 ribu ton di Pelabuhan Tenau, Kupang, Senin (12/2).
Ia mengaku, persoalan harga beras adalah isu penting yang segera ditangani pemerintah. Selain bisa menyebabkan kenaikan inflasi, beras juga turut mempengaruhi tingkat kemiskinan. Ia menyebut, kontribusi beras terhadap garis kemiskinan mencapai 22 persen.
"Kalau harga beras naik tingkat kemiskinan juga bisa naik. Makanya Pemerintah terus menanganinya," ujar Iskandar.
Berdasarkan laporan BPS, inflasi pada Januari 2018 sebesar 0,62 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 2,34 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,48 persen. Komoditas yang paling tinggi memberikan andil inflasi yakni beras sebesar 0,24 persen.
Baca juga: Menteri Darmin: 3 KEK tak Jelas Kapan Beroperasi