REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un mengatakan dia ingin meningkatkan iklim rekonsiliasi yang hangat dan perundingan dengan Korea Selatan (Korsel) setelah delegasi tingkat tingginya kembali dan musuh-musuhnya terus meningkatkan tekanan serta sanksi maksimal.
Kim memberi lebih banyak instruksi untuk langkah yang ditujukan pada hubungan antar-Korea, setelah adik perempuannya Kim Yo-jong memimpin kunjungan tiga hari ke Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang, demikian laporan media pemerintah Korut, Selasa (13/2).
Tidak dijelaskan secara spesifik seperti apa instruksi tersebut. Amerika Serikat muncul untuk mendukung keterlibatan lebih dalam pasca-Olimpiade antara dua Korea yang menimbulkan pembicaraan antara Pyongyang dan Washington. Presiden Korsel Moon Jae-in mengatakan pada Selasa Amerika Serikat terbuka untuk berbicara dengan Korut.
"Amerika Serikat melihat perundingan antar-Korea secara positif dan telah menyatakan keterbukaannya untuk melakukan pembicaraan dengan Korut," ujar Moon kepada Presiden Latvia Raimonds Véjonis.
Pejabat Amerika Serikat juga menginginkan sanksi internasional yang berat untuk ditingkatkan agar Korut menghentikan program nuklirnya. Sentimen tersebut dinyatakan berulang kali oleh Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang mengatakan Moon telah sepakat perlu terus menekan Korut secara maksimal.
Tahun lalu, Korut melakukan puluhan peluncuran misil dan uji coba nuklir keenam dan terbesarnya yang bertentangan dengan resolusi PBB, saat Korut mengejar tujuannya untuk mengembangkan misil bersenjata nuklir yang mampu mencapai Amerika Serikat.
Pejabat Jepang bersusah payah menekankan tidak ada titik terang antara Jepang, Amerika Serikat dan Korsel dalam pendekatan mereka untuk berurusan dengan Korut. Kebijakan fundamental Amerika Serikat yang ditujukan untuk denuklirisasi semenanjung Korea tidak berubah, menurut seorang diplomat senior Jepang dalam penjelasannya kepada anggota parlemen.
"Tujuannya adalah denuklirisasi dan prosesnya adalah perundingan demi perundingan, tindakan demi tindakan, jadi jika Korut tidak menunjukkan tindakan, Amerika Serikat dan Jepang tidak akan mengubah kebijakan mereka," katanya.
Seorang pejabat militer senior yang ditempatkan di perbatasan antara Korut dan Korsel mengatakan, Korut telah mengurangi suara propaganda perbatasan yang meluas sejak upacara pembukaan Olimpiade pada 9 Februari.
"Saya masih mendengarnya, tapi jauh lebih sedikit dari sebelumnya," ujar pejabat yang tidak disebutkan namanya, yang ditempatkan di sisi selatan perbatasan.