REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Sulthan al-Umari dalam makalahnya berjudul Istikhdam al-Internet fi ad-Da'wah mengungkap hal paling mendasar tentunya ialah meluruskan niat. Dakwah di internet akan mulus bila didasari dengan niat dan iktikad yang baik. Bukan bertujuan untuk mengeruk materi atau larut dengan perdebatan mazhab, misalnya.
Kedua, merumuskan misi dan visi berdakwah di dunia maya. Dalam konteks ini maka penting untuk memahami bahwa esensi berdakwa ialah memberikan manfaat untuk orang lain. Berdakwah adalah mengajak ke arah kebaikan dan ranah positif. Sebuah riwayat yang dinukilkan dari Abu Hurairah menyebutkan, siapa pun yang mengajak kepada hidayah kebaikan maka ia memperoleh pahala yang sama dari orang yang bersangkutan.
Ketiga, tunjukkan pada dunia keagungan nilai-nilai luhur Islam. Keempat, pilihlah pembimbing atau pengontrol kualitas konten yang berkompeten dalam urusan syariahnya dan memiliki wawasan luas. Ini akan membantu terhindar dari kontroversi dan kontradiksi konten.
Kelima, sesuaikan selalu konten dengan kebutuhan masa kini dan kecenderungan masyarakat sekarang. Dan terakhir, jika membuat situs dakwah tertentu maka jangan lupa melengkapinya dengan aplikasi-aplikasi unggulan, seperti forum, mengobrol langsung (chatting), dan fasilitas surat elektronik.
Jika media yang digunakan adalah jejaring sosial maka jaga selalu etika dalam berkomunikasi, tidak menghujat, berkata buruk, saling menyalahkan, atau menebar fitnah. Syekh Sulthan yakin, bila rangkaian rambu-rambu dan etika itu terkontrol dengan baik maka internet adalah cara efektif untuk menyebarkan dakwah. “Tak terbatas ruang dan waktu,” ungkapnya.
(Baca: Internet Sebagai Lahan Dakwah)