Rabu 14 Feb 2018 08:33 WIB

Brasil tak akan Halangi Warga Venezuela Memasuki Wilayahnya

Brasil meluncurkan satuan tugas untuk mengatur arus pengungsi.

Garda Nasional Venezuela mengawasi warga yang mengantre untuk menyeberang dari Venezuela menuju Kolombia melalui jembatan Simon Bolivar di San Antonio del Tachira, Venezuela, 24 Januari 2018.
Foto: REUTERS/Carlos Garcia Rawlins
Garda Nasional Venezuela mengawasi warga yang mengantre untuk menyeberang dari Venezuela menuju Kolombia melalui jembatan Simon Bolivar di San Antonio del Tachira, Venezuela, 24 Januari 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Brasil tidak akan memblokir warga Venezuela memasuki negara tersebut melalui perbatasan di negara bagian utara, Roraima. Namun, Brasil meluncurkan satuan tugas untuk mengatur arus dan menyediakan sumber daya untuk kota-kota dan negara-negara bagian yang menangani pengungsi.

Ribuan warga Venezuela yang melarikan diri dari kelaparan di negara Andean itu telah melintasi perbatasan dengan Brasil dalam beberapa bulan terakhir. Kondisi ini menyebabkan darurat kemanusiaan di Kota Boa Vista, ibu kota Roraima. Pemerintah daerah mengatakan jumlah pengungsi mewakili 10 persen dari populasi atau sekitar 40 ribu orang memberatkan pelayanan publik.

Presiden Michel Temer terbang ke Boa Vista pada Senin (12/2) dengan beberapa menteri dan pejabat pemerintah untuk bertemu dengan pemerintah daerah guna menilai situasi dengan lebih baik. Dia berjanji memberikan bantuan keuangan untuk Roraima dan mengatur arus orang-orang Venezuela di Brasil, termasuk kemungkinan mengangkut beberapa pengungsi ke negara-negara lain.

photo
Presiden Brasil Michel Temer

Banyak orang yang berasal dari Venezuela yang dilanda krisis berjalan ratusan kilometer untuk mencapai Boa Vista dan tidur di beberapa daerah di kota. Pihak berwenang setempat mengatakan mereka tidak memiliki sumber daya keuangan untuk menangani arus masuk tersebut. Tempat penampungan sementara sudah penuh.

Pekan lalu, sebuah rumah di mana puluhan warga Venezuela tinggal di Boa Vista dibakar oleh seorang pria Brasil, yang kemudian ditangkap. Temer mengatakan seusai rapat pemerintah tidak mau melarang arus masuk, tapi akan mencoba mengatur arus.

Pekan lalu, Kolombia dan Brasil memperketat pengawasan perbatasan dengan Venezuela saat kedua negara tersebut bergulat dengan peningkatan ratusan ribu pengungsi, yang melarikan diri dari kemelut ekonomi memburuk. Dalam kunjungan ke perbatasan, Presiden Kolombia Juan Manuel Santos mengatakan akan memberlakukan pengendalian ketat bagi pendatang, menangguhkan kartu masuk harian baru untuk orang Venezuela dan mengerahkan 3.000 petugas keamanan baru di sepanjang perbatasan, termasuk 2.120 tentara tambahan.

Saat berbicara di Cucuta, kota perbatasan Kolombia berpenduduk sekitar 670 ribu jiwa, Santos memperingatkan pemerintahannya akan secara ketat menghukum setiap perilaku melanggar hukum dari orang Venezuela, di tengah kekhawatiran akan peningkatan kejahatan. Dia mengatakan Kolombia menghabiskan jutaan dolar untuk mendukung pendatang tersebut.

Menteri Pertahanan Brasil Raul Jungmann, yang berbicara di kota perbatasan Boa Vista, mengatakan pemerintah juga mengerahkan lebih banyak tentara dan mulai merelokasi puluhan ribu pengungsi Venezuela yang telah melewati perbatasan terbuka untuk mencari makanan, pekerjaan dan tempat tinggal. Kedua negara mengatakan mereka akan mengambil tindakan menghitung jumlah migran Venezuela yang telah memasuki wilayah mereka. Brasil melalui sensus dan Kolombia melalui sebuah pendaftaran.

Langkah memperketat perbatasan dapat mengancam katup pengaman sosial utama bagi warga Venezuela yang putus asa karena hiperinflasi dan resesi parah menguasai negara mereka yang kaya minyak. Langkah tersebut juga mengisyaratkan frustrasi regional yang meningkat terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro yang tidak populer, yang akan mencalonkan diri kembali pada 22 April di tengah kondisi yang menurut penilaian Amerika Serikat dan negara-negara lain diciptakan untuk melawan oposisi yang terbelah.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement