Rabu 14 Feb 2018 08:54 WIB

AS Curigai Rusia akan Intervensi di Pemilu Paruh Waktu 2018

Rusia dituding akan menggunakan media sosial untuk menyebarkan propaganda.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Pendukung calon presiden Partai Republik Donald Trump bergembira saat mereka menonton hasil pemilu pada malam pemilihan reli Trump, Selasa (8/11) di New York.
Foto: AP
Pendukung calon presiden Partai Republik Donald Trump bergembira saat mereka menonton hasil pemilu pada malam pemilihan reli Trump, Selasa (8/11) di New York.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Direktur Intelijen Nasional AS Dan Coats memperingatkan, Rusia diduga akan mengintervensi pemilu paruh waktu 2018 di Amerika. Rusia akan menggunakan media sosial untuk menyebarkan propaganda dan berita yang menyesatkan, sama seperti pada pemilu presiden AS pada 2016.

Coats mengatakan Rusia dan entitas asing lainnya kemungkinan akan menyerang pemilu AS dan Eropa di tahun ini dan tahun-tahun seterusnya. Hal ini disebabkan karena Moskow percaya upaya serupa dua tahun lalu telah berhasil meruntuhkan demokrasi AS. "Tidak diragukan lagi Rusia menganggap usaha masa lalunya adalah sebuah keberhasilan dan memandang pemilu paruh waktu AS di 2018 ini sebagai target potensial untuk operasi selanjutnya," kata Coats.

Coats menambahkan, dia telah melihat bukti bahwa Rusia mengintervensi pemilu presiden AS pada November 2016. "Terus terang, Amerika Serikat sedang diserang," kata Coats dalam sidang tahunan bersama Komite Intelijen Senat, pada Selasa (13/2).

Pernyataan Coats ini bertentangan dengan sikap Presiden AS Donald Trump yang meragukan adanya intervensi Rusia dalam pemilu. Ia juga membantah adanya kolusi antara rekan-rekannya dengan pejabat Rusia menjelang kekalahan Hillary Clinton dari Partai Demokrat yang cukup mengejutkan.

Menurut Coats, pemilu akan terus dijadikan peluang oleh Rusia untuk melakukan serangan siber guna mempengaruhi demokrasi di AS dan Eropa. Coats juga menjelaskan berbagai cara yang akan dilakukan Rusia untuk mempengaruhi pemungutan suara dalam pemilu paruh waktu tahun ini.

"Paling tidak, kami memperkirakan Rusia akan terus melakukan propaganda dengan media sosial, juru bicara yang simpatik, dan alat pengaruhnya untuk memperparah celah sosial dan politik di Amerika Serikat," kata dia.

Senat AS kemudian menanyakan apakah badan-badan intelijen AS memiliki rencana untuk memerangi peretasan yang dilakukan Rusia. Direktur CIA Mike Pompeo dan Direktur FBI Chris Wray mengatakan ada upaya spesifik yang sedang dilakukan, namun mereka tidak menjelaskan secara rinci.

Eksekutif perusahaan media sosial seperti Facebook Inc dan Twitter Inc telah memberi kesaksian di Kongres mengenai kesalahan pemberian informasi yang dilakukan oleh Rusia dan ditujukan untuk pemilih AS. Facebook melaporkan 126 juta warga AS mungkin telah melihat konten politik yang dimasukkan Rusia di platformnya.

Komite Intelijen Senat sedang melakukan satu dari tiga penyelidikan utama kongres mengenai isu intervensi Rusia. Investigasi ini telah menyebabkan perselisihan partisan antara Partai Republik dan Partai Demokrat.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement