REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sekitar 80 persen kopi yang dihasilkan dari wilayah Gunung Tilu, Pangalengan, Kabupaten Bandung, diekspor ke Jepang. Total yang diekspor sebanyak 80 ton dari total 100 ton beras biji kopi per musim panen. Kopi tersebut berasal dari petani yang tergabung di Koperasi Produsen Kopi Margamulya.
Ketua Koperasi Margamulya, Aleh Setia Permana, mengungkapkan, permintaan beras biji kopi dari luar negeri, khususnya Jepang, tergolong tinggi dibandingkan dalam negeri. "Dikonsumsi di lokal kan sedikit, kebanyakan dari luar, dan kita juga butuh uang cepat," tutur dia di gudang produksi, Pangalengan, Kabupaten Bandung, belum lama ini.
Aleh menjelaskan, kopi yang diekspor ke Jepang dikirim terlebih dulu ke Semarang, Jawa Tengah, untuk disortir kembali hingga menjadi kelas specialty. Penyortiran dilakukan dengan mesin sortasi yang mengatur biji kopi secara otomatis sesuai grade. Kopi tersebut diekspor melalui PT Taman Delta Indonesia di Kawasan Industri Terboyo, Semarang. Ekspor dilakukan dalam rentang Juli hingga Agustus.
Meski mengirim biji kopi kelas reguler, jelas Aleh, bukan berarti Koperasi Margamulya tidak memiliki mesin sortasi. Koperasi punya mesin itu tapi kapasitas kemampuan menyortirnya sedikit dan tidak sampai berpuluh-puluh ton. Namun mesin sortasi yang dimiliki Koperasi digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya ke kafe-kafe.
Satu kilogram kopi kelas reguler Koperasi Margamulya senilai Rp 62.500. Sedangkan kelas specialty, yang biasa ia jual ke kafe-kafe dalam negeri, senilai Rp 95 ribu. Dengan perhitungan tersebut, papar Aleh, dalam sebulan bila dirata-ratakan Koperasi bisa memperoleh omset sampai Rp 500 juta.
"Omset ya sekitar Rp 500 juta per bulan untuk koperasi. Per pekan kita suka ada produksi 3 sampai 4 ton biji green bean. Per bulan 8 sampai 10 ton. Dalam 1 ton itu bisa Rp 50 juta," ujar dia.
Koperasi Margamulya memiliki sekitar 200 petani yang sekaligus juga sebagai anggota. Total luas lahan yang digarap untuk ditanami kopi yaitu 250 hektare di mana 50 hektare-nya merupakan tanah milik per orangan dan sisanya milik Perhutani. Luas garapan kopi ini sedang diusahakan untuk ditambah hingga menjadi 300 hektare.