REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Klub peserta Liga 1 2018 menagih komitmen operator kompetisi PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk melunasi sisa tunggakan subsidi klub peserta kompetisi musim lalu. Manajemen klub, seperti Barito Putera, pun meminta agar PSSI menunda pelaksanaan kompetisi kasta utama musim ini sebelum hak klub yang belum dibayarkan lunas.
"Para manajemen klub menilai, LIB sudah melanggar komitmen. Pun PSSI sebagai federasi dan badan induk sepak bola nasional dinilai tak mampu melindungi para anggotanya dari persoalan hak yang belum juga tuntas tersebut. Kami ini klub-klub korbannya. Idealnya PSSI dan LIB lunasi yang awal, baru mulai lagi yang musim 2018," kata Sekretaris Umum Barito Putera Syarifuddin Ardasa, saat dihubungi, Rabu (14/2).
Menurut Syarifuddin, Barito Putera seperti 18 klub Liga 1 2017 lainnya yang juga belum menerima sisa pembayaran subsidi klub. Kata dia, nilai tunggakan LIB kepada setiap klub rata-rata senilai kurang lebih Rp 2,1 miliar. "LIB dan PSSI sudah dua kali menyatakan komitmennya kepada klub-klub Liga 1 untuk segera melunasi tunggakan tersebut."
Komitmen pertama, diterangkan Syarifuddin, pada Desember 2017. Pembicaraan internal antara peserta kompetisi dari LIB bersama PSSI akhir tahun lalu disepakati pelunasan akan dilakukan pada akhir Januari 2018. Namun sampai pertengahan Februari ini, LIB dan PSSI tak juga menjalankan komitmen tersebut. "Kami (Barito) sudah berkirim surat resmi ke LIB. Berkali-kali (menagih) tapi tidak pernah ada tanggapan," ujar dia.
Syarifuddin melanjutkan, Barito kembali meminta agar PSSI menahan gelaran Liga 1 musim ini, sebelum sisa tunggakan LIB kepada klub-klub peserta kompetisi musim lalu lunas.
Sebelum Liga 1 2017 digelar, PSSI dan LIB sepakat memberikan subsidi kepada klub-klub peserta Liga 1 senilai masing-masing Rp 7,5 miliar. Nilai subsidi tersebut berasal dari angka pendapatan PSSI dan LIB selama menggelar Liga 1 2017. Pembayarannya dilakukan dalam beberapa termin.
Akan tetapi, sebelum Liga 1 pungkas pada November 2017, tiga termin terakhir macet. Syarifuddin melanjutkan, subsidi yang belum lunas tersebut, berdampak bagi klub-klub kecil seperti Barito Putera. "Upaya manajemen kesebelasan mengembangkan aspek bisnis dalam kompetisi sepak bola menjadi terhambat lantaran minimnya dana dan sponsor."