Rabu 14 Feb 2018 17:40 WIB

Ulama Curigai Serangan Orang Gila ke Ulama Direkayasa

Orang gila yang menyerang ulama dikhawatirkan dibuat tidak waras lebih dulu.

Rep: Rizky suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Ulama di Kota Tasikmalaya menggelar rapat di Pondok Pesantren An Nur Jarnauziyyah, Rabu (14/2). Sekitar 300 ulama hadir dalam rapat tersebut.
Foto: Rizky suryarandika / Republika
Ulama di Kota Tasikmalaya menggelar rapat di Pondok Pesantren An Nur Jarnauziyyah, Rabu (14/2). Sekitar 300 ulama hadir dalam rapat tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sekitar 300 ulama perwakilan Pondok Pesantren se-Priangan Timur yang mengatasnamakan Forum Masyarakat Peduli Situasi (FMPS) menghadiri rapat di Ponpes An Nur Jarnauziyyah, Rabu (14/2). Forum tersebut mencurigai adanya rekayasa kasus serangan orang berstatus gila pada ulama.

Ketua FMPS KH Aminuddin Bustomi mewaspadai adanya orang-orang yang sengaja berpura-pura gila saat melakukan penyerangan ke ulama. Bahkan, ia resah orang-orang gila yang menyerang ulama itu, sudah dibuat tidak waras lebih dulu menggunakan obat tertentu. "Jangan-jangan gila ini beberapa faktor, bisa gila abadi, gila-gilan dibuat gila atau gila semu. Bisa jadi dengan obat diramu sedemikian rupa bisa fly (gila). Ada kekhawatiran itu, istri yang bunuh Pranoto bilang suaminya tidak gila," katanya pada wartawan.

Ia menyampaikan Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban menangani masalah merebaknya orang tidak waras. Sehingga nantinya orang tidak waras bisa dikumpulkan dalam suatu panti dan dibina supaya tidak meresahkan masyarakat.

"Saya pernah baca orang gila itu kewenangan tugas pemerintah ke kemensos atau Dinsos, dengan kejadian ini orang gila merajarela harus ada pemerintah jemput bola," ujarnya.

Namun ia mengimbau masyarakat untuk tidak main hakim sendiri saat menemukan adanya orang tidak waras di lingkungan mereka. Terkecuali, kehadiran orang tidak waras itu berpotensi menimbulkan korban. "Kalau ada orang gila jangan main hakim sendiri, kecuali orang gila bawa golok, maka patut membela diri," ucapnya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement