Kamis 15 Feb 2018 17:46 WIB

Perayaan Imlek di Garut Dipusatkan di Vihara Dharma Loka

2.000 jemaat diperkirakan akan menghadiri perayaan Imlek di Vihara Dharma Loka

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Hazliansyah
Tahun Baru Imlek (Ilustrasi)
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Tahun Baru Imlek (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Vihara Dharma Loka, Garut, Jawa Barat bersiap menyambut perayaan Tahun Baru Imlek 2569 yang akan dirayakan esok hari. Nantinya jemaat dari Garut dan sekitarnya akan berkumpul disana.

Ketua Perkumpulan warga Tionghoa Garut, Senjaya, mengatakan, perayaan imlek tahun Anjing Bumi 2018 telah dipersiapkan agar lebih meriah. Senjaya mengatakan telah menyiapkan sekitar 200 lilin merah berukuran sedang serta 80 lampion yang terpasang di vihara sejak sepekan terakhir.

"Jumlahnya ada penambahan hingga dua kali lipat dibanding tahun lalu," katanya pada wartawan.

Selain itu, pencucian semua patung dalam vihara telah dilakukan bersamaan dengan pemasangan lampu lampion.

"Kegiatannya memang berdekatan, jadi habis pemandian patung baru pasang lampion," ujarnya

Kalau dibanding tahun sebelumnya, ia menyatakan tidak ada ritual khusus yang dilakukan para jemaat tahun ini. Adapun tema imlek tahun ini, lebih kepada mempererat silaturahmi antaragama.

"Perayaan (Imlek) ini harus memberikan kedamaian bagi sesama dan antarumat agama lainnya," ucapnya.

Ia memperkirakan ada 2.000 warga tionghoa Garut yang akan berkumpul dan silaturahmi dengan penganut agama lainnya.

Diketahui, Vihara Dharma Loka termasuk salah satu bangunan tempat ibadah konghucu tertua di Jawa Barat. Bangunan ini diperkirakan mulai dibangun sekitar 1839 masehi di Jalan Guntur, Kelurahan Ciwalen, Kecamatan Garut Kota.

Mulanya bangunan ini memiliki dua ruangan, pertama Toa Pek Kong yang didalamnya ada patung tua Pek Kong (Dewa Tanah), patung Ma Cho Po (Dewa Keselamatan), patung Chay Chen Kong (Dewa Keberuntungan), serta patung dan gambar harimau Prabu Siliwangi dan Kai (kayu) Kaboa.

Ruang ke dua bernama Koang Kong, yang dihuni patung Koan Kong (Dewa Keadilan dan Kebenaran), patung Lam Kek Sian Kong (Dewa Kesehatan), dan Patung Mbah Jugo (Dewi Kesugihan) dari Gunung Kawi.

Selain itu, tepat di halaman Vihara terdapat tungku khusus pembakaran hio sebagai persembahan kepada Tuhan dan pagoda dalam ukuran kecil yang berfungsi untuk pembakaran kertas berisi doa jemaat.

Hanya saja sejak 1967, ruangan Vihara bertambah dua lagi yaitu Amurwa Bumi dan Avalokitesvara. Sedangkan untuk pintu masuk, bangunan tetap mempertahankan arsitektur awal dengan dua patung besar naga yang saling berhadapan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement