REPUBLIKA.CO.ID, KARAKAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro memperingatkan Presiden AS Donald Trump untuk tidak memberlakukan embargo terhadap minyak dari negaranya. Pekan lalu Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan Amerika sedang mempertimbangkan embargo untuk menekan Maduro agar mengadopsi reformasi demokratis.
"Embargo minyak akan menjadi salah satu kesalahan terbesar dalam politik internasional yang dilakukan oleh @RealDonaldTrump. Embargo minyak adalah tindakan ilegal berdasarkan hukum internasional," tulis Maduro dalam akun Twitter pribadinya dengan menyebut akun Trump, pada Kamis (15/2), seperti dilaporkan laman CNN.
Para pengamat memperkirakan, embargo tersebut akan mencekik sumber pendapatan utama negara Amerika Selatan itu. Minyak mentah mencapai sekitar 95 persen dari total ekspor Venezuela dan pemerintahannya sama sekali tidak memungut pajak dari dalam negeri.
Pemerintahan Trump mempertimbangkan embargo tersebut setelah Maduro kembali mencalonkan diri dalam pemilihan presiden pada 22 April mendatang, tanpa pesaing. Maduro telah memblokir pemimpin oposisi agar tidak mencalonkan diri.
Trump telah memberlakukan sanksi finansial dan individual terhadap Venezuela dan puluhan pemimpinnya. Namun mereka tidak memaksa Maduro untuk memerintah secara lebih demokratis.
Dengan latar belakang politik tersebut, Venezuela berada dalam krisis ekonomi dan kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Penderitaan jutaan warga Venezuela adalah salah satu alasan mengapa pemerintahan AS masih mempertimbangkan embargo minyak Venezuela sejauh ini.
Embargo minyak pasti akan melemahkan kekuatan Maduro, tetapi keputusan itu mungkin juga akan memperburuk krisis makanan dan kekurangan layanan medis yang meluas. Venezuela menggunakan sedikit pendapatan dari ekspor minyak untuk membantu membayar impor makanan ke negara itu.
Perusahaan minyak AS mengimpor banyak minyak mentah Venezuela dan mencampurnya dengan minyak mentah ringan untuk membuat bahan bakar dan bensin. Valero, Chevron, dan Citgo adalah importir minyak utama AS dari Venezuela.
Namun, perusahaan energi AS sudah mulai mencari tempat lain. Ekspor minyak dari Venezuela ke AS turun sebesar 32 persen dalam tiga bulan terakhir ke tingkat terendah dalam satu dekade.