REPUBLIKA.CO.ID, KOLAKA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, peran agama semakin penting dalam konteks kehidupan global. Menurutnya, di tengah tantangan global terhadap rasa kebangsaan, agama hadir sebagai pengikat dan pemersatu.
Menurut Lukman, masyarakat Indonesia patut bersyukur karena kemajemukan yang luar biasa selama ini diikat dengan rasa kebangsaan yang kuat. Namun, dia mengingatkan, rasa kebangsaan saat ini dihadapkan pada tantangan globalisasi.
"Sekarang kita hidup di era global dan menjadi warga dunia. Nilai kebangsaan menghadapi tantangan sendiri di era mendatang," ujarnya saat Temu Tokoh Lintas Agama se Provinsi Sulawesi Tenggara beserta Pimpinan Pesantren dan Ormas Keagamaan di Kolaka, Jumat (16/02).
Hadir dalam kesempatan ini, Plt Gubernur Sultra Saleh Lasatta, Ketua DPRD Parmin Rasyid, dan Pjs Bupati Kolaka Ahmad Syafi'i. Hadir juga, Dirjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin, Karo Humas, Data, dan Informasi Mastuki, serta Sesmen Khoirul Huda.
Di era global, Lukman melihat, posisi agama menjadi semakin penting sebagai faktor pemersatu. Apalagi, realitas kehidupan masyarakat Indonesia tidak bisa dipisahkan dari nilai agama.
"Di sinilah pentingnya tokoh agama. Bagaimana umat memahami dan mengamalkan ajaran agama sehingga agama menjadi pemersatu dan mendorong terwujudnya kehidupan yang sejahtera, damai, aman, dan sentosa," ujarnya.
"Kita perlu menyadarkan umat agar jangan sampai agama dibajak dan diperalat kalangan tertentu untuk kepentingan pragmatis mereka," sambungnya.
Menag mengajak tokoh agama untuk membina umat agar mengedepankan sisi dalam (esoteris) dan substansi agama dalam konteks ber-Indonesia. Dengan demikian, akan banyak dijumpai titik temu yang memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Menag juga mengapresiasi kiprah tokoh agama yang terus membina umat sehingga kerukunan umat beragama di Sultra terus terjaga. Terimakasih juga disampaikan Menag kepada Pemprov dan DPRD Kab/Kota atas dukungan dan upayanya dalam menjaga kerukunan masyarakat.