REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, meminta agar polisi tidak boleh membiarkan aksi penyerangan yang mengatasnamakan orang gila terhadap ulama terus berlanjut. Ia menduga, penyerangan itu merupakan aksi yang sistematis dan terstruktur.
Menurutnya, ada pihak-pihak tertentu yang berusaha memperkeruh suasana dan memancing di air keruh. "Tidak mungkin orang gila memilih sasaran atau korban. Sebagian besar korban adalah ulama. Setelah sebelumnya ulama dari Persis, sekarang ulama Muhammadiyah," kata Mu'ti melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Ahad (18/2).
Mu'ti mengatakan, terdapat pihak yang berusaha menebar teror dan ketakutan di kalangan masyarakat dan mengadu domba kalangan ulama dengan kelompok tertentu. Ia menilai, fenomena orang gila tersebut mirip dengan teror 'kolor ijo' semasa Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
"Saya tidak percaya pelaku adalah orang gila sampai ada pembuktian secara medis oleh dokter jiwa. Yang gila adalah perbuatannya, bukan orangnya. Sekali lagi polisi harus sigap dan segera bertindak," tambahnya.
Dalam hal ini, ia mengimbau agar warga Muhammadiyah tidak terpancing dengan insiden tersebut. Ia mengatakan, semua elemen Muhammadiyah harus meningkatkan kewaspadaan dengan menjaga para tokoh dan keluarganya.
Baca Juga: Dicurigai Ada Gerakan di Balik Penyerangan Terhadap Ulama
Seperti diberitakan sebelumnya, penyerangan oleh pelaku orang gila terjadi terhadap KH. Hakam Mubarak, pimpinan Pondok Pesantren Muhammadiyah Karangasem Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Insiden tersebut terjadi saat menjelang shalat zhuhur, Ahad (18/2). Menurut informasi yang Republika.co.id dapatkan, terdapat seorang laki-laki muda diduga gila duduk di pendopo rumah Yai Man.
Kemudian, Kiai Hakam menyuruh orang gila tersebut untuk pindah. Akan tetapi, orang gila tersebut tidak mau dan akhirnya justru mengejar dan melawan Kiai Barok hingga ia terjatuh. Beruntung, kejadian itu segera dipisahkan oleh warga dan pelaku kemudian diamankan di Polsek Paciran.
Aksi penyerangan terhadap ulama bukan kali pertama ini terjadi. Sebelumnya, penyerangan yang dilakukan oleh orang gila telah menewaskan seorang Ustaz Persatuan Islam (Persis) di Bandung dan melukai Kiai Umar Basyri (pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah di Tenjolaya, Cicalengka, Bandung).