REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER — Pelatih Manchester City Pep Guardiola mengungkapkan ia hampir bergabung dengan Wigan sebagai pemain. Namun, Wigan menolak Guardiola karena dia tidak cukup bagus.
Guardiola, yang kini berstatus sebagai pelatih paling banyak diincar, pernah menikmati karier bagus sebagai gelandang. Dia bermain lebih dari 250 kali untuk Barcelona.
Namun, pada 2005, ketika kariernya mulai meredup dan memasuki usia 34 tahun, Guardiola berstatus agen bebas setelah memperkuat klub Qatar, Al Ahli. Dia pun mendiskusikan untuk bergabung dengan Wigan, yang merupakan anak baru Liga Premier saat itu.
Skuat asuhan Guardiola akan menghadapi Wigan pada babak kelima Piala FA 2017/2018 di Staion DW, Selasa (20/2) dini hari WIB. Jelang pertandingan tersebut, Guardiola pun menerima pertanyaan terkait rencananya bergabung dengan Wigan.
“Ya, bertahun-tahun yang lalu. Namun, saya tidak cukup bagus dan itu adalah faktanya. Saya sudah tua ketika itu,” kata Guardiola menjawab pertanyaan tersebut dilansir dari Sky Sports, Senin (19/2).
Lihat juga infografis Republika: Wigan vs Manchester City, Sinyal Bahaya Wigan.
Menurut dia, Wigan bukan satu-satunya tim yang memberikan penolakan. Guardiola juga pernah mendiskusikan hengkang ke City, klub yang diarsitekinya sekarang ini.
"Saya mengetuk pintu, saya mencoba datang ke sini untuk bermain di sepak bola Inggris, tetapi saya tidak berhasil,” kata dia.
Namun, dia menambahkan, pelatih City pada 2001-2002, Stuart Pearce, mengatakan Guardiola tidak cukup bagus. “Mereka sangat pintar dan saya tidak cukup berkualitas,” kata dia.
Claudio Bravo. (AP PHOTO/Dmitri Lovetsky)
Pada laga kontra Wigan, Guardiola mengatakan Claudio Bravo akan menjadi starter dan bukan kiper utama Ederson. “Kami bisa berada di final Piala Liga (melawan Arsenal akhir pekan depan) berkat dia. Saya tidak bisa melupakan apa yang terjadi. Dia menyelamatkan dua penalti,” kata dia.
Namun, Guardiola menyatakan, ini tidak berarti Bravo menggantikan Ederson sebagai pilihana pertama timnya. “Itu semua tergantung performa dan kualitasnya. Di klub papan atas Anda membutuhkan dua kiper yang bagus. Anda tidak dapat bertahan dengan hanya satu, khususnya ketika dia cedera atau diskors.”