REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Amran Sulaiman menghadap Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kedatangannya ke Istana Negara untuk melaporkan mengenai kegiatan Kementerian Pertanian yang telah melakukan penjualan komoditas jagung ke luar negeri (eskpor).
Amran menjelaskan, keputusan untuk melakukan ekspor jagung dikarenakan jumlah produksinya saat ini cukup banyak. Hal tersebut membuat harga jagung di pasaran dalam negeri anjlok. Untuk membuat agar petani jagung tetap mendapatkan untung bagus maka ekspor menjadi pilihan tepat.
"Sekarang ini harga jatuh nih di lapangan. Ada 2.000- 2.500 (per kilogram). Makanya solusinya adalah kita ekspor," kata Amran, Senin (19/2).
Setelah Filipina, Ekspor Jagung Indonesia Bidik Malaysia
Pekan lalu, Amran secara langsung memantau pengiriman ekspor perdana jagung produksi Gorontalo ke Filipina. Pengiriman melalui Pelabuhan Kota Gorontalo sebanyak 57.650 ton jagung. Tahun ini, pemerintah melalui daerah Gorontalo berencana mengekspor jagung hingg 100 ribu ton, hanya saja pengirimannya akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan jumlah produksi yang ada.
Infografis ekspor jagung.
Amran menjelaskan, selain Gorontalo Kementarian Pertanian juga menargetkan ada kelebihan produksi jagung di daerah Sumbawa. Kelebihan tersebut nantinya bisa untuk ekspor ke Filipina atau Malaysia. Filipina membutuhkan jagung mencapai satu juta ton, sedangkan Malaysia butuh lebih banyak yaitu tiga juta ton.
Dia menuturkan, dulu pemerintah Indonesia harus impor jagung sekitar 3,6 juta ton dengan nilai uang mencapai Rp 10 triliun. Namun, saat ini Kementerian pertanian ingin membalikkan kebiasan impor menjadi ekspor.
"Tahun ini kita tidak ada impor (jagung). 2017 tidak ada kan, tidak ada impor. Sekarang kita targetnya ekspor," ujar Amran.