Senin 19 Feb 2018 12:58 WIB

Adies: Kasus Penganiayaan Ulama di Jatim Bukan By Design

Adies juga meyakinkan, dua kasus tersebut benar-benar dilakukan oleh orang gila.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Bayu Hermawan
Adies Kadir.
Foto: dpr
Adies Kadir.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Anggota Komisi III DPR RI Adies Kadir meyakinkan, kasus penganiayaan terhadap kiai dan pengrusakan masjid di Jawa Timur oleh orang gila bukan disengaja atau direncanakan kelompok tertentu (by design). Adies juga meyakinkan, dua kasus tersebut benar-benar dilakukan oleh orang gila.

"Jadi jangan sampai orang-orang itu menilai khususnya yang di Jatim itu by design dan lain-lain. Bahwa ada orang gila yang disebar, dimanfaatkan, bahwa ada orang pura-pura gila, itu tidak ada sama sekali. Jadi dua kejadian yang di Jatim kami bisa meyakini seribu persen itu tidak by design, dan itu memang benar-benar orang gila," kata Adies Kadir seusai melakukan kunjungan kerja ke Polda Jatim, Senin (19/2).

Politikus Golkar tersebut meyakini dua kasus itu terjadi bukan by design setelah mengetahui kronologi kejadian. Seperti contoh kasus penganiayaan terhadap KH Hakam Mubarok, yang merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Muhammadiyah Karangasem Paciran, Lamongan, Jawa Timur.

Kasus tersebut bermula dari keberadaan pelaku di masjid Pondok Pesantren Muhammadiyah Karangasem Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Melihat si pelaku yang merupakan orang gila, dan berpakaian kotor, sang kiai yang hendak melaksanakan sholat berjamaah, berusaha meminggirkan si pelaku dari masjid.

Karena si pelaku yang tak kunjung mau menggubris, kiai Hakam Mubarok pun mencoba menarik sarung si pelaku. Tidak terima dengan perlakuan sang kiai, si pelaku pun marah. Si pelaku juga mencoba mengejar sang kiai. Merasa ketakutan dikejar pelaku, kiai pun kesandung dan jatuh.

"Orang gila ini tidak membawa alat atau senjata tajam, hanya tangan kosong. Jadi kiai jatuh sendiri dikira ingin menganiaya atau ingin membunuh pak kiai. Ini kan sangat tidak benar info-info seperti itu," ujar Adies Kadir.

Begitu pun kasus perusakan Masjid Baiturrahim di Jalan Sumurgempol Nomor 77, Kelurahan Karangsari, Kecamatan Tuban, beberapa waktu lalu. Kasus tersebut juga dilakukan oleh orang gila.

Adies menjelaskan, perusakan masjid oleh pelaku bukan by design setelah dilihat kronologi kejadian. Kasus tersebut bermula ketika pelaku mampir ke masjid saat hendak berobat. Namun sesampainya di sana, pelaku harus menunggu antrean untuk mendapat pengobatan, sehingga pelaku marah-marah.

"Yang di Tuban itu pelaku mampir ke masjid saat mau berobat kepada kiai yang dianggap bisa menyembuhkan. Tapi karena antre lama, marah-marah kemudian memecahkan kaca. Ini orang stres juga," kata Adies Kadir.

Adies pun meyakini, dua kasus tersebut merupakan kasus kriminal biasa. Hanya, karen kasus serupa tengah menjadi perbincangan hangat, maka dianggap kasus besar.

"Sebenarnya ini tugas biasa, mengantisipasi kriminal-kriminal umum yang terjadi. Cuma karena ini lagi booming, karena ada kasus kemarin jadi seakan-akan di blow up," ujar Adies Kadir.

 

(Baca juga: Anggota Komisi III: Penyerang Kiai Hakam Betul Orang Gila)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement