REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) dan mantan ketua umum PP Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif, mengaku, sangat perihatin terhadap banyaknya serangan menimpa tokoh-tokoh agama beberapa waktu belakangan. Hal itu diungkapkannya usai menerima kunjungan Romo Benny Susetyo, yang disusul Romo Robertus Rubiyatmoko.
"Apalagi, ini terjadi di mana-mana, bukan cuma gereja ini, ada kiai yang dibunuh di Jawa Barat, masjid-masjid di Lamongan," kata Buya Syafii usai menerima kunjungan Romo Benny Susetyo dan Romo Robertus Rubiyatmoko, Senin (19/2) sore.
Buya berpendapat, rentetan kejadian itu memiliki banyak penyebab, yang tentu salah satunya soal cara memahami ideologi agama yang keliru. Kehidupan sosial yang masih begini-begini saja dirasa jadi penyebab berikutnya.
Dia merasa, jika kedua penyebab itu bertemu, tentu kejadian-kejadian seperti ini seakan tidak terelakan lagi. Karenanya, perlu ada usaha maksimal yang benar-benar bertujuan merubah kondisi bangsa Indonesia.
Selain itu, dia menilai, peran politisi sebagai wakil-wakil rakyat belum terasa. Politisi di Indonesia dirasa belum bisa benar-benar menjadi negarawan, yang memikirkan bangsa dan tidak lagi kepentingan partai saja.
"Berharap demokrasi kita jangan begini terus, kematangan demokrasi yang tujuannya sejahtera, sekarang belum terasa, ini bukan cuma politisi, konglomerat, pengusaha, harus sadar kalau ketimpangan masih tajam," ujar Buya Syafii.
Walau sudah ada usaha-usaha, kemitraan yang kaut dari pengusaha besar dan pengusaha kecil belum terlihat secara nyata. Padahal, dia merasa, itu bisa mempercepat pengurangan gangguan keamanan terjadi di Indonesia.
Untuk itu, dia mengajak masyarakat agar bisa menumbuhkan sikap kritisnya, termasuk supaya tidak mudah untuk diadu-domba. Menurut Buya Syafii, sikap kritis masyarakat akan membantu banyak proses perkembangan kedewasaan bangsa.