REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bogor menyambut baik dengan pembukaan jalur Puncak, Bogor, pada Senin (19/2). Sebab, sejak penutupan jalur, okupansi hotel di kawasan setempat menurun hingga 60 persen sementara sitting ocupancy di restoran juga menurun sampai 10 persen.
Ketua PHRI Kabupaten Bogor, Budi Sulistio, menjelaskan sampai saat ini pembukaan jalur Puncak memang belum berasa. "Karena kan baru, jadi perubahannya belum ada terhadap industri pariwisata," ucapnya kepada Republika.co.id, Selasa (20/2).
Budi berharap, peningkatan okupansi bisa perlahan terjadi pada akhir pekan ini, di mana biasanya pelancong dari berbagai kota memenuhi Puncak. Dalam kondisi normal atau sebelum kejadian longsor sampai ada penutupan jalur, okupansi hotel bisa mencapai 80 persen.
Tapi, Budi tidak menampik, sulit rasanya menjangkau okupansi normal dalam waktu singkat. Oleh karena itu, ia berharap, pemerintah dan pihak terkait bisa membantu mempromosikan bahwa jalur Puncak memang sudah aman dilalui. "Dengan begitu, masyarakat jadi percaya dan merasa nyaman," ujarnya.
Tidak hanya di kalangan hotel dan restoran, sambutan baik juga disampaikan oleh pedagang kecil yang sempat merugi selama dua pekan penutupan jalur. Salah satu di antaranya adalah Robi, pedagang makanan kecil dan minuman panas di dekat Masjid Attawun.
"Sekarang udah mulai banyak orang yang hilir mudik di sini. Semoga bisa membaik kondisi jualan saya," tuturnya.
Pascaditutup, dagangan Robi banyak yang tergeletak begitu saja. Pendapatannya merosot tajam sampai hampir 80 persen. Ia sendiri tidak bisa berbuat banyak selain berpangku tangan, menantikan kedatangan wisatawan yang akan membeli dagangannya.
Dua hari setelah longsor, Robi sempat berencana menutup lapak. Tapi, mengingat kebutuhan rumah tangga, bapak dari dua anak itu mengurungkan niatnya.
"Saya tetap berjualan, ya satu dua barang terjual," katanya.