REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-bangsa (UNICEF) merilis laporan terbarunya. Sebanyak 2,6 juta bayi meninggal dunia setiap tahunnya, dalam waktu baru lahir sampai usia satu bulan.
Laporan setebal 44 halaman itu memperingatkan, dari 2,6 juta bayi yang meninggal dunia tersebut satu juta di antaranya meninggal pada hari kelahiran mereka (baru lahir). Risiko fatal kematian bayi baru lahir itu sangat bergantung pada di mana dia lahir.
"Bayi yang lahir di Jepang memiliki kesempatan terbaik untuk hidup, dengan hanya satu banding 1.000 bayi yang meninggal dalam 28 hari pertama. Namun bayi di Pakistan paling parah, dengan angka kematian 46 dari setiap 1.000 kelahiran sebelum akhir bulan pertama mereka," ujar Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta H. Fore, dikutip Middle East Monitor.
"Sementara kita memiliki lebih dari separuh jumlah kematian pada anak-anak usia di bawah lima tahun pada seperempat abad terakhir. Kita belum memberikan kemajuan serupa dalam mengakhiri kematian bayi di bawah satu bulan," katanya melanjutkan.
Mengingat bahwa sebagian besar kematian ini dapat dicegah, Fore mengatakan jelas bahwa dunia sudah gagal dalam mengatasi bayi termiskin di dunia. Kematian tersebut dapat dicegah dengan memberikan akses kepada bidan terlatih, obat-obatan dan air bersih. Akan tetapi, kurangnya petugas kesehatan terlatih berarti ribuan ibu hamil tidak menerima dukungan untuk menyelamatkan nyawa yang dibutuhkan agar bayi tetap hidup.
Laporan tersebut mengklaim bahwa Norwegia hanya memiliki 218 dokter, perawat dan bidan untuk melayani sekitar 10 ribu orang. Lebih dari 80 persen kematian bayi itu disebabkan karena prematuritas, komplikasi saat lahir, atau infeksi seperti pneumonia dan sepsis. Tingkat kematian bayi tertinggi terjadi di Somalia, Mauritania, Sudan, Yaman dan Irak.
Sebagai tanggapan atas permasalahan tersebut, pada bulan ini UNICEF meluncurkan program baru dengan nama Every Child ALIVE. Motif utamanya adalah mendesak pemerintah, pelaku bisnis, organisasi kesehatan dan masyarakat untuk memberikan cakupan kesehatan yang berkualitas.
Kampanye tersebut bertujuan untuk membangun konsensus mengenai prinsip "setiap ibu dan setiap bayi layak mendapatkan perawatan yang berkualitas dan terjangkau."