REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Turki akan mengepung Afrin di Suriah utara sebulan setelah Ankara melancarkan serangan terhadap milisi Kurdi di wilayah tersebut.
"Dalam beberapa hari mendatang, dengan cepat, kami akan mengepung pusat kota Afrin," kata Erdogan kepada parlemen seperti dilansir Alarabiya, Rabu (21/2).
Pernyataannya muncul saat operasi Turki " Olive Branch", terhadap milisi YPG memasuki bulan kedua. Sementara beberapa analis mengatakan Turki dan pemberontak Suriah pro-Ankara telah melakukan kemajuan yang lamban.
Erdogan membela kemajuan operasi tersebut, dengan mengatakan bahwa hal itu untuk menghindari risiko bagi pasukan dan warga sipil. "Kami tidak pergi ke sana untuk membakarnya," katanya.
Ia menegaskan, operasi tersebut bertujuan menciptakan daerah yang aman dan dapat ditinggali bagi pengungsi Suriah di Turki yang melarikan diri melintasi perbatasan sejak konflik tersebut dimulai pada 2011. Saat ini jumlah pengungsi tersebut lebih dari tiga juta jiwa.
Observatorium Suriah untuk Pengawasan Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan setidaknya 94 warga sipil telah terbunuh dalam serangan Turki.
Ambisi Erdogan menaklukan Kurdi
Namun Ankara telah berulang kali menegaskan, tidak ada korban sipil. Menurut Turki angkatan bersenjatanya sangat berhati-hati untuk tidak melukai warga sipil.
Turki mengatakan, YPG adalah cabang teroris dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah melakukan pemberontakan melawan negara Turki sejak 1984.
Baca juga, Ini Jawaban Assad Atas Operasi Militer Turki di Afrin.
PKK masuk daftar hitam sebagai kelompok teror oleh Ankara dan sekutu Baratnya. Namun YPG telah bekerja sama erat dengan Amerika Serikat melawan kelompok ekstremis di Suriah.
Baik Washington dan Brussels telah mendesak Turki untuk menahan diri dalam operasinya. AS memperingatkan bahwa serangan tersebut dapat mengurangi perang melawan ISIS di Suriah.