Rabu 21 Feb 2018 17:08 WIB
Penyerangan Terhadap Ulama

Al Irsyad Desak Polisi Beri Penjelasan kepada Umat

Pihak keamanan jangan mendiamkan kondisi penyerangan itu berlarut-larut.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agus Yulianto
KH Abdullah Djaidi
Foto: Kingkin Jiwanggo/ROL
KH Abdullah Djaidi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Al Irsyad, Abdullah Djaidi, mendesak kepolisian untuk memberikan penjelasan terhadap masyarakat terkait maraknya kasus teror dan penyerangan terhadap tokoh agama dan pusat ibadah. Pasalnya, kasus tersebut tidak terjadi hanya di satu daerah, namun juga terjadi di berbagai daerah, khususnya di Pulau Jawa.

Sejumlah pelaku penyerangan terhadap ulama yang diduga sakit jiwa telah tertangkap dan diamankan oleh pihak kepolisian. Namun, Kiai Abdullah mempertanyakan, apakah pelaku tersebut benar-benar gila atau hanya pura-pura gila.

"Gila itu harus dibuktikan secara medis. Kita belum mendapatkan laporan secara jelas atas penjelasan dari pihak kepolisian sejauh mana laporan secara medis. Kenapa sasaran ulama saja? Kalau orang gila tidak harus ulama saja, bisa saja orang lain," kata Kiai Abdullah, saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (21/2).

Namun demikian, Kiai Abdullah juga meminta adanya penjelasan tidak hanya dari pihak kepolisian. Tapi pihak lain, seperti bagian intelijen dan pihak yang bertanggung jawab atas masalah keamanan. Karena, menurutnya, hingga saat ini, kasus-kasus tersebut masih dalam tahap penyelidikan dan belum jelas apakah pelaku merupakan perorangan atau ada aktor yang menyuruh pelaku tersebut.

Terkait hal ini, dia mengatakan, akan meminta aparat keamanan untuk bisa segera menyampaikan informasi terkait penyelidikan dan kondisi kejiwaan pelaku secara medis kepada umat. Sehingga, kondisi itu tidak terus mencekam di kalangan ulama.

Kiai Abdullah juga meminta, komitmen dari pihak yang berwenang sejauh mana mereka menjaga keamanan para ulama. "Ini indikasi terus mengundang analisa, apakah ada gerakan atau motif di belakangnya. Tentunya pihak keamanan jangan mendiamkan kondisi berlarut-larut dan harus mengambil tindakan untuk meredam situasi yang ada," ujarnya.

Belum selesai polemik tentang khutbah yang dicetuskan oleh Bawaslu, kini muncul kasus sejumlah teror terhadap ulama. Hal ini, menurutnya, telah mengundang pertanyaan dan keheranan dari para ulama.

Dia menduga, jika ada pihak tertentu yang ingin 'bermain' untuk menganggu atau memperkeruh suasana menjelang tahun politik. Karena itulah, pihaknya mendesak agar kepolisian mengungkap aktor intelektual di balik berbagai penyerangan itu.

Kiai Abdullah juga menghimbau, agar para ulama untuk mawas diri dan mengantisipasi terhadap kelompok atau pihak yang dinilai asing keberadaannya di lingkungan mereka. Dalam hal ini, dia mengatakan, Al Irsyad telah terlibat dalam majelis ulama pusat dan sudah berkoordinasi dengan para tokoh ulama setempat dan berbagai unsur ormas Islam yang ada untuk mengantisipasi kondisi demikian.

Seperti diketahui, aksi teror dan penyerangan terhadap ulama terjadi belakangan ini. Di Jawa Barat, penyerangan dilakukan oleh pelaku diduga sakit jiwa terhadap KH. Umar Basri di Bandung. Tak lama berselang, penyerangan oleh orang gila telah menewaskan Komandan Brigade PP Persis Ustaz Prawoto di Bandung. Baru-baru ini, penyerangan oleh orang gila menimpa KH. Hakam Mubarok di Ponpes Muhammadiyah Paciran Lamongan. Selain itu, beberapa kediaman ulama dan masjid juga mendapat teror berupa simbol seperti tanda silang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement