REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Awal 2018 menjadi tahun muram bagi kehidupan beragama di Tanah Air. Ulama dan ustaz diserang oleh orang gila termasuk pendeta serta gereja.
Ikatan Cendekiawan Muslim se Indonesia (ICMI) meminta pemerintah dan pihak kepolisian bertindak serius terhadap kasus tersebut. Sebab, saat ini sebagian masyarakat telah menduga penyerangan terhadap pemuka agama merupaka agenda terencana.
"Mudah sekali masyarakat menduga penyerangan agama ini terogranisir walaupun tidak boleh terlalu cepat membuat kesimpulan. Harapan kita agar aparat bertindak secara tegas sesuai aturan yang berlaku, berpihak bukan kepada golongan tetapi pada keadilan," ujar Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie di kantornya, Jakarta, Rabu (21/2).
Akibat dugaan tersebut, Jimly juga meminta Badan Intelijen Nasional (BIN) turut membantu pemerintah dan kepolisian menyelesaikan kasus ini secara tuntas. Langkah ini penting dilakukan agar kasus penyerangan agama tidak dikaitkan dengan momentum Pilkada 2018 dan Pilpres 2019.
"Kami juga himbau aparat BIN lebih aktif karena polisi sifat sudah kejadian, BIN bisa membantu menelusuri lebih efektif jangan sampai keterusan, karena bisa saja kasus ini dikaitkan orang dengan momentum Pilkada," ungkapnya.
Di sisi lain, dia menghimbau, kepada tokoh masyarakat bisa mengambil peran membantu kasus penyerangan ini. Di mana, tidak terprovokasi dan lebih tenang menjelang pesta demokrasi ini.
"Kami tokoh masyarakat mengambil peran menenangkan, kalau gagal jangan kecewa berlama-lama. Saya mengajak juga kepala daerah setelah dilantik segera merangkul kelompok yang tidak memilih supaya mempersatukan kembali," ucapnya.