Kamis 22 Feb 2018 06:15 WIB

Pembayaran APBN Pakai Kartu Kredit, Himbara: Ini Terobosan

Ini terobosan agar lebih efisien, efektif, dan akuntabel.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Budi Raharjo
 Direktur Utama Bank BTN yang juga Ketua Himbara, Maryono.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Direktur Utama Bank BTN yang juga Ketua Himbara, Maryono.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Insiasi pemerintah untuk membayarkan APBN menggunakan kartu kredit dinilai Himpunan Bank Negara (Himbara) sebagai terobosan. Pemerintah sendiri ingin sistem ini diharapkan dapat membuat pelaksanaan anggaran lebih akuntabel.

Ketua HIMBARA Maryono menyampaikan, langkah pemerintah untuk membayarkan APBN menggunakan kartu kredit merupakan terobosan untuk lebih efisien, efektif, dan akuntabel. Himbara memberi kartu kredit berupa corporate card kepada pelaksana kegiatan dan pelaksana perjalanan dinas sebagai pengganti uang persediaan.

''Laporan itu pasti, seperti laporan kartu kredit setiap bulan kepada pemegang kartu,'' ungkap Maryono melalui pesan aplikasi daring kepada Republika.co.id, Rabu (21/2). Maryono memastikan ada limit transaksi.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan menginisiasi penggunaan kartu kredit sebagai metode baru dalam pembayaran APBN mulai tahun ini. Penggunaan kartu kredit diharapkan bisa memberikan kemudahan bagi Kementerian/Lembaga (K/L) dan meminimalisasi penggunaan uang tunai. Hal itu akan dilakukan bersama Himbara.

Kemenkeu menilai penggunaan uang tunai berpotensi menimbulkan kecurigaan sebagai tindak pidana pencucian uang (TPPU) maupun pembiayaan terorisme. Pemerintah juga meminta kepada para direksi Himbara untuk menjaga keamanan kartu kredit tersebut dari berbagai tindak kejahatan keuangan. Dengan penggunaan kartu tersebut, Kemenkeu berharap pelaksanaan anggaran bisa lebih akuntabel.

Plafon kartu kredit pemerintah berada di kisaran Rp 50 juta sampai Rp 200 juta. Plafon tersebut bervariasi tergantung pada kapasitas anggaran masing-masing satuan kerja.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement