REPUBLIKA.CO.ID, HIROSHIMA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla menerima gelar doktor kehormatan (honoris causa) dari Universitas Hiroshima, Jepang. Dalam orasi ilmiahnya, Jusuf Kalla berbicara mengenai perdamaian dan keadilan.
Jusuf Kalla mengatakan, seiring dengan berjalannya waktu paradigma perdamaian harus diubah. Sebab, saat ini kehidupan semakin dinamis dan teknologi persenjataan juga semakin maju. Menurutnya, perdamaian harus dipercaya sebagai kondisi dimana keadilan ditegakkan.
"Kita tidak akan mendefinisikan perdamaian hari ini sebagai tidak adanya kekerasan. Perdamaian harus dipercaya sebagai kondisi di mana keadilan ditegakkan, persamaan dijamin, kebebasan dipelihara, kemakmuran dicapai, toleransi merupakan praktek sehari-hari, hak asasi manusia (HAM), demokrasi dan lingkungan terpelihara. Inilah caranya kita melihat, mempercayai, dan mempraktekkan perdamaian hari ini," ujar Jusuf Kalla dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (22/2).
Dalam orasinya, Jusuf Kalla menyinggung mengenai sejarah tragedi kemanusiaan yang menimpa Hiroshima dan Nagasaki pada 6 Agustus 1945 silam. Menurutnya, tragedi ini adalah yang paling mengerikan karena telah memusnahkan umat manusia dan peradaban.
"Saya telah mengalami berbagai peristiwa bersejarah dalam hidup saya, tragedi Hiroshima dan Nagasaki adalah yang paling mengerikan. Saya juga sependapat dengan prinsip yang dianut oleh teman-teman Jepang, perang sudah cukup. Tidak ada lagi perang," kata Jusuf Kalla.
Menurut Jusuf Kalla, konflik akan selalu muncul dalam setiap peradaban kehidupan manusia dan tidak bisa dihindari. Apapun motifnya, konflik selalu mengorbankan kehidupan manusia dan menghancurkan semuanya.
Selain itu, dia mengatakan, konflik dapat memecah belah masyarakat sehingga tidak tercapai keharmonisan dalam kehidupan. Konflik juga dapat mengorbankan wanita serta anak-anak.
Jusuf Kalla mengatakan, sejarah telah menunjukkan bahwa umat manusia memiliki pengalaman panjang dalam konflik dan kekerasan dari generasi ke generasi. Mulai dari konflik antarnegara, maupun konflik di dalam negara. Oleh karena itu, dia mengingatkan agar perdamaian selalu menjadi tujuan utama yang rasional dari setiap peradaban. "Karena itulah, maka kita selalu melakukan kegiatan dan gagasan untuk mengatasi konflik, dan mencegah perang untuk mencapai perdamaian," ujar Jusuf Kalla.
Adapun gelar doktor kehormatan diberikan langsung oleh Rektor Universitas Hiroshima, Mitsuo Ochi. Gelar doktor kehormatan ini merupakan gelar ke-11 yang diterima oleh Jusuf Kalla dari berbagai universitas terkemuka di dalam negeri maupun luar negeri.
Beberapa gelar doktor kehormatan yang telah diterima oleh Jusuf Kalla yakni dari Universitas Malaya, Malaysia (2007), Universitas Soka, Jepang (2009), Universitas Pendidikan Indonesia, Banding (2011), Universitas Hasanuddin, Makassar (2011), dan Universitas Brawijaya, Malang (2011). Selain itu, Jusuf Kalla juga mendapatkan gelar doktor kehormatan dari Universitas Indonesia, Depok (2013), Universitas Syiah Kuala, Aceh (2015), Universitas Andalas, Padang (2016), dan Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar (2018).
Dalam kunjungannya ke Jepang, wakil presiden didampingi oleh Ibu Mufidah Jusuf Kalla. Selain itu, tampak hadir juga Kapolri Tito Karnavian, Utusan Khusus RI untuk Jepang Rahmat Gobel, dan Dubes RI untuk Jepang Arifin Tasrif.