REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Serangan yang terjadi di Gereja Santa Lidwina sempat menghentak masyarakat Yogyakarta. Untuk menetralkan ketegangan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, tokoh lintas agama saling berkunjung.
Kunjungan sudah dimulai bahkan beberapa jam setelah kejadian. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) DIY, KH Thoha Abdurrahman dan Kapolda DIY, Brigjen Pol Ahmad Dhofiri melakukan kunjungan ke Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman, Sri Purnomo. Pertemuan yang turut mengundang perwakilan-perwakilan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) itu mencoba memetakan serangan-serangan yang belakangan menimpa tokoh agama. Dalam waktu yang hampir bersamaan, kunjungan dilakukan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Kunjungan dilakukan ke Rumah Sakit Panti Rapih untuk menjenguk korban-korban serangan, termasuk Romo Edmund Prier. Selanjutnya, pertemuan digagas Bupati Sleman dan Kapolres Sleman, AKBP Muchammad Firman Lukmanul Hakim. Kali ini, pertemuan dihadiri ormas-ormas kepemudaan lintas agama yang ada di Kabupaten Sleman, dan turut mendengungkan Deklarasi Damai. Pertemuan itu diselenggarakan beberapa hari saja setelah serangan yang turut melukai Romo Edmun Prier terjadi.
Selang beberapa hari, Uskup Agung Semarang, Romo Robertus Rubiyatmoko, melakukan kunjungan langsung ke kediaman mantan ketua umum PP Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif. Kunjungan itu sendiri bermaksud mengucapkan terima kasih atas perhatian luar biasa Buya Syafii. Ditemui usai pertemuan tertutup, Romo Rubiyatmoko mengaku sudah memaafkan pelaku serangan. Ia bahkan mengajak masyarakat luas, utamanya umat Katholik sekitar, tidak membalas ataupun dendam kepada pelaku serangan.
"Kita justru harus mendoakan pelaku agar diberi kesehatan," kata Rubiyatmoko.
Senada, Buya Syafii Maarif berharap masyarakat DIY tidak diluputi kecemasan, yang hanya akan membuat renggang hubungan antarumat beragama. Namun, ia memang mengaku prihatin atas rentetan serangan yang menimpa tokoh-tokoh agama di Indonesia. Pasalnya, lanjut Buya, serangan tidak cuma menimpa gereja di Sleman, tapi telah terjadi di masjid-masjid maupun klenteng. Karenanya, ia berharap, tokoh-tokoh utamanya politisi mampu memikirkan tindakan, agar menetralisir keadaan dan memberi contoh baik kepada masyarakat.
"Kita berharap mereka (politisi) mau bersikap sebagai negarawan, sehingga dalam bertindak yang dipikirkan kepentingan negara, bukan kelompok, bukan partai politik," ujar Buya.
Setelah itu, giliran Romo Edmund Prier, salah satu korban serangan di Gereja Santa Lidwina melakukan kunjungan ke Polda DIY. Kunjungan turut mengungkapkan apresiasi atas usaha-usaha luar biasa Kepolisian menanggulangi kejadian tersebut. Sorenya, Polda DIY silaturahim ke Pondok Pesantren Nurul Ummah. Kapolda DIY, Brigjen Pol Ahmad Dhofiri mengatakan, kunjungan menunjukkan memang tidak ada pertentangan antar agama di DIY. Ia menegaskan, keheboban di media sosial tidak mencerminkan kondisi sebenarnya.
"Dan mengingatkan kepada masyarakat agar tidak terpancing, tidak terprovokasi, berpikir jernih, menyikapinya dengan bijak, dan jangan menimbulkan sesuatu yang semakin membuat keadaan semakin kisruh," kata Dhofiri.
Senada, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummah, KH Munir Syafa'at menekankan, pertemuan seperti ini memiliki harapan besar agar semua komponen bangsa bisa bersatu. "Memang perlu ada kedewasaan pola pikir untuk dapat menyelesaikan semua ini, kita harus bersinergi demi mewujudkan negara yang aman, damai dan sentosa," ujar Kiai Munir.