REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Sebuah perusahaan di Jepang telah berhasil menciptakan pisang yang tidak perlu Anda kupas sebelum dimakan.Pisang mongee (diucapkan 'mon-gay' yang berarti 'menakjubkan') memiliki kulit yang bisa dimakan.
Pisang tersebut diklaim rasanya seperti sayuran dan memiliki tekstur seperti selada. Pisang ini telah menjadi usaha penuh cinta bagi Setsuzo Tanaka berusia 68 tahun dari Prefektur Okayama yang telah menghabiskan waktunya selama 40 tahun terakhir menyempurnakan teknik menumbuhkan pisang Mongee ini.
Bibit-bibit pisang dibekukan, kemudian dicairkan dan ditanam kembali, dimana perusahaannya, D & T Farm, menyebut metode ini sebagai freeze-thaw awakening. "Sel pertumbuhan pisang secara perlahan didinginkan hingga -60 derajat Celcius dan dicairkan untuk membangkitkan vitalitas tanaman asli," ujar juru bicara perusahaan Tetsuya Tanaka.
Menurut D & T Farm, proses tersebut membuat tanaman tumbuh dengan cepat, memotong proses budidaya tanaman pisang yang biasanya memerlukan waktu dua tahun menjadi hanya enam bulan saja. Pisang matang dengan cepat, menyebabkan kulitnya tipis, lentur dan dapat dimakan.
Akar di masa lalu
Pisang Mongee dikembangkan dari varietas pisang Gros Michel, yang kemungkinan merupakan jenis pisang yang biasa dikonsumsi mereka di 1950-an dan sebelumnya.
Ini adalah varietas pisang utama dalam yang beredar secara global sejak awal 1900-an sampai tahun 1950-an, ketika perkebunan di Amerika Tengah musnah oleh penyakit layu fusarium yang menjadi lebih dikenal sebagai penyakit Panama. Jenis yang lebih baru dari penyakit yang bersumber dari jamur yang ditularkan melalui tanah, Panama TR4, sekarang mempengaruhi tanaman pisang Cavendish Australia.
Keinginan Setsuzo Tanaka menumbuhkan pisang Gros Michel tropis di iklim dingin Jepang didorong oleh kenangannya sendiri saat kecil memakan pisang tersebut ketika pisang masih digolongkan sebagai makanan mewah.
"Ia mengembangkan pisang Mongee sebagai hobi. "Alasan mengapa kulit pisang bisa dimakan adalah varietas Gros Michel yang relatif lebih tipis kulitnya, dibandingkan dengan pisang yang diimpor ke Jepang."
Aman dan manis
Perusahaan ini menentang modifikasi genetik dan tanaman pisang Mongee ini tidak diobati dengan bahan kimia apa pun, yang memungkinkan kulitnya dimakan dengan aman. "Kami tidak menggunakan pupuk kimia dan tidak ada musuh alami pisang di Jepang, jadi ini adalah penanaman non-pestisida," kata Tanaka.
Buah itu sendiri sangat manis, dengan kandungan gula yang baru-baru ini diukur menunjukan 25,8 gram per 100 gram. Sebagai perbandingan, pisang Cavendish, yang merupakan varietas komersial utama saat ini, memiliki sekitar 18 gram gula per 100 gram.
Menurut Pak Tanaka, memakan buah dan kulitnya memberi nutrisi tambahan. "Kulit pisang bisa mengandung vitamin B6 dan magnesium dan kaya akan triptofan dan ada juga potasium, polifenol, tapi ada banyak vitamin larut air, zat besi khususnya," katanya.
Pisang Mongee sekarang dijual di sebuah toserba Jepang seharga tujuh dolar AS (sekitar Rp 74 ribu) per buah, harganya mahal karena ditanam dari biji yang hanya mampu menghasilkan hanya sekitar 10 buah pisang yang tersedia setiap minggunya. Perusahaan ini berencana memperluas penjualan mereka, sebagai langkah awalnya mereka menyasar pasar di seluruh Jepang, di mana 99 persen pisang saat ini masih diimpor.
Tanaka mengatakan ekspor global juga masuk dalam rencana bisnis perusahaannya. "Saya ingin menyebarkan pisang tanpa bahan kimia pertanian ke seluruh dunia."
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.