Kamis 22 Feb 2018 19:16 WIB

Kiai Musthofa: MDHW akan Rangkul Kelompok Garis Keras

Majelis dzikir dapat terus mempererat silaturrahim antar semua elemen bangsa.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
KH Musthofa Aqil Siraj
Foto: ROL/Agung Sasongko
KH Musthofa Aqil Siraj

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) menggelar acara Dzikir Kebangsaan dan Rakernas I Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (22/2). Kegiatan yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo  pada Rabu (21/2) kemarin ini, mengangkat tema "Memperkokoh Komitmen Islam Kebangsaan Menuju Orde Nasional".

Dalam kegiatan rakernas hari kedua ini menghadirkan sejumlah tokoh umara dan ulama, seperti Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Laksdya TNI Didit Herdiawan, dan juga Kiai sepuh dan kharismatik dari NU, KH Maimun Zubair atau Mbah Moen.

Rakernas ini diikuti oleh anggota MDHW yang terdiri dari kiai-kiai pesantren dari seluruh belahan nusantara. Ketua Umum MDHW, KH Musthofa Aqil Siradj mengatakan, para peserta tersebut merupakan kiai-kiai NU non strukral yang nantinya akan merangkul kelompok radikal untuk diberikan pemahaman tentang komitmen kebangsaan.

"Jadi anggotanya ini kiai-kiai NU non struktural yang akan merangkul kalangan-kalangan lain, artinya kita hanya sebagai wadah, sehingga bisa tetap berkomitmen terhadap kebangsaan," ujar Kiai Musthofa saat ditemui Republika.co.id usai acara.

Adik kandung Ketua PBNU KH Said Siradj ini mengatakan bahwa di kalangan internal NU sendiri untuk memperkokoh komitmen kebangsaan itu cukup dengan dzikir saja. Namun, kata dia, untuk merangkul kalangan garis keras masih membutuhkan dalil-dalil untuk menyatukannya.

"Kalau internal dzikir saja sudah selesai. Tapi dengan kelompok lain, misalnya garis keras ya ada dalil, ada pandangan bagiamana untuk menyatukannya," ucapnya.

Majelis dzikir sudah dibentuk sejak 1 Agustus 2017 lalu. Menurut dia, selama ini sudah banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan, walaupun sifatnya masih kegiatan silaturtahmi keagamaan. Karena, menurut dia, untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang lain, pihaknya belum bisa membentuk kepengurusan yang sempurna.

Pasalnya, kata dia, banyak orang yang ternyata memiliki kepentingan politik untuk masuk dalam majelis ini, sehingga pihaknya masih terus melakukan banyak silaturrahim dengan para ulama agar hal itu tidak terjadi. "Saya ingin mempunyai justifikasi bahwa majelis ini tidak politik praktis," kata Kiai Musthofa.

Dengan melakukan banyak silaturrahmi ke berbagai daerah, ternyata banyak kalangan yang memberikan respon positif. Karena itu, menurut Kiai Musthofa, majelis ini kedepannya akan membuat program-program prioritas untuk menciptakan keamanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Majelis dzikir ke depan adalah ingin sekali prioritas programnya adalah menyadarkan seluruh elemen bangsa bahwa kita dalam berbangsa ini perlu keamanan total," jelasnya.

Selain itu, menurut dia, MDHW nantinya juga akan menggelar program-program yang berkaitan dengan ekonomi umat, khususnya umat yang ada di pesantren-pesantren. Ia ingin ke depannya MDHW bisa juga membantu pesantren-pesantren yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

Dengan demikian, kata dia, pesantren-pesantren di Indonesia paling tidak bisa mandiri secara ekonomi. Walaupun, secara finasial pihaknya belum bisa membantu pesantren, tapi selama ini pihaknya sudah mulai melakukan penyerapan aspirasi di kalangan pesantren. "Di pesantren-pesantren kita adakan kegiatan ekonomi, minimal bisa mandiri lah," ujarnya.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang menjadi salah satu pembicara dalam Rakornas tersebut berharap, majelis dzikir ini dapat terus mempererat silaturrahim antar semua elemen bangsa. "Silaturrahim sangat diperlukan dalam kondisi saat ini guna mempersatukan elemen-elemen bangsa. Karena itu, melalui forum ini kita berkomitmen untuk memperkuat kebangsaan," kata Rymizard

Hal senada juga disampaikan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang,Rembang, KH Maimun Zubair atau Mbah Moen. Menurut Mbah Moen, kegiatan ini juga banyak dihadiri kiai-kiai muda, sehingga diharapkan ke depannya bisa mempersatukan kalangan nasionalis-relegius di Indonesia.

"Jadi intinya kalau sudah dua itu (nasinalis-relegius) bersatu, Indonesia ini adalah bersatu. Sebab umat Islam lebih 55 persen. Kalau sudah umat Islam bersatu pasti Indonesia makmur," ujar Mbah Moen saat ditanya Republika.co.id usai memberiakan tausyiah dalam acara tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement