Jumat 23 Feb 2018 06:12 WIB

R80 akan Rambah Pasar Luar Negeri

Pesawat telah dipesan sebanyak 155 unit oleh empat maskapai dalam negeri.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Budi Raharjo
Komisaris PT. Regio Aviasi Industri (RAI) Ilham Akbar Habibie (kanan) memberikan paparan mengenai pesawat R80 di Perpustakaan Habibie-Ainun, Kuningan, Jakarta, Kamis (22/2).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Komisaris PT. Regio Aviasi Industri (RAI) Ilham Akbar Habibie (kanan) memberikan paparan mengenai pesawat R80 di Perpustakaan Habibie-Ainun, Kuningan, Jakarta, Kamis (22/2).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Produksi pesawat turboprop atau pesawat berbaling-baling R80 yang digagas oleh presiden ketiga RI, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, telah melalui fase pertama. Fase pertama ini merupakan tahap conseptual design atau preliminary design and feasibility.

Selanjutnya PT Regio Aviasi Industri (RAI) selaku perusahaan manufaktur yang akan memproduksi pesawat tersebut, menjalin kerja sama dengan pihak lain untuk pengembangan dan pembuatan pesawat.

"Kita sedang mengumpulkan siapa-siapa saja yang ikut (bekerja sama), kita sudah kumpulkan dari dua tahun lalu. Dan komunikasi apa yang bisa kita bikin, bagaimana cara kita berbisnis," kata Direktur utama PT RAI, Agung Nugrohodi, di Perpustakaan Habibie Ainun, Jakarta, Kamis (22/2).

Ia mengatakan, saat ini pesawat tersebut telah dipesan sebanyak 155 unit oleh empat perusahaan maskapai penerbangan dalam negeri. Di antaranya, Nam Air 100 unit, Kalstar 25 unit, Trigana Air 20 unit, dan Aviastar 10. "Harga per unit pesawatnya sebesar 25 juta dolar (AS)," kata Agung.

Namun, pesawat berpenumpang 80 orang tersebut, juga akan merambah pasar luar negeri. Di antaranya, negara-negara yang memiliki karakteristik yang sama dengan Indonesia, yaitu negara yang mempunyai infrastruktur alternatif yang kurang memadai seperti Indonesia.

"Kita akan intensifkan juga untuk dijual di luar Indonesia. Kita mulai dengan negara di sekitar Indonesia. Seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina dan Myanmar," kata Komisioner PT RAI, Ilham Habibie.

Dalam menjalin kerja sama dengan pihak lain, 60 perusahaan telah melakukan MOU untuk bekerja sama dalam pembuatan dan pengembangan pesawat R80 tersebut. "Partnership, ada 60 perusahaan sudah menandatangani MOU dan sekarang ini kita sedang bekerja sama dengan mereka (Italia)," kata Agung.

Dimana, PT RAI menandatangani MOU dengan dua perusahaan Italia dalam pembuatan dan pengembangan pesawat R80 tersebut, pada Kamis (22/2). Dua perusahaan tersebut yaitu LEONARDO Aerostructure Division dan LAER.

Agung mengatakan, tahapan selanjutnya yang akan dilakukan adalah melakukan full scale development atau disebut fase kedua. Dimana pada fase ini, akan dilakukan pembuatan prototype dari R80. "Saat ini kita mulai buat prototipe, kita buat enam, pabriknya sudah ada, ini langsung bikin untuk serial production," tambahnya.

Dari enam purwarupa yang akan dibuat, empat di antaranya akan digunakan untuk uji terbang dan dua sisanya untuk uji kekuatan struktur. Di mana, uji coba perdana akan dilakukan pada 2022 mendatang.

Sementara, dalam fase kedua juga akan dilakukan sertifikasi agar produk bisa dipasarkan nantinya. "Jadi setelah sertifikasi kita legal, kita jual pesawat, kita bisa lakukan penyerahan (dipasarkan). Lisensinya dari Indonesia dan Eropa dan uji sertifikasinya 2022 hingga 2024," tambah Agung.

Setelah dilakukan proses sertifikasi, maka akan dilakukan fase ketiga, yaitu serial production. Dimana dalam fase ini, RAI akan mulai menyerahkan pesawat kepada kostumernya. "Pada 2025 target menyerahkan pesawat kepada pelanggan pertama," kata Ilham.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement