Kamis 22 Feb 2018 20:55 WIB

Takmir Masjid se-Jakarta Tolak Kampanye di Masjid

Takmir Masjid menolak penyalahgunaan fungsi masjid sebagai sasaran politik praktis.

Rep: Novita Intan/ Red: Esthi Maharani
Sekretaris Forum Silaturahim Takmir Masjid (FSTM) Ustaz Ahmad Yani bersama DAI Muda Ustaz Soleh Sofyan  dan Pimpinan Majelis Muwasholah Habib Al Qadri (dari kiri) memaparkan penjelasan saat kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas FSTM di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis (22/2).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sekretaris Forum Silaturahim Takmir Masjid (FSTM) Ustaz Ahmad Yani bersama DAI Muda Ustaz Soleh Sofyan dan Pimpinan Majelis Muwasholah Habib Al Qadri (dari kiri) memaparkan penjelasan saat kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas FSTM di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis (22/2).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA - Pengurus masjid se-Jakarta menggelar silaturahmi dan pertemuan bersama di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat. Dalam pertemuan tersebut ditegaskan penolakan atas penyalahgunaan fungsi masjid sebagai sasaran politik praktis.

Koordinator Forum Silaturahmi Takmir Masjid se-Jakarta (FSTM) Husni Mubarok Amir mengatakan saat ini marak ceramah berisikan hasutan, ujaran kebencian terhadap pemerintah di dalam masjid. Terutama, menjelang pesta demokrasi pada tahun ini dan mendatang.

"Menyambut pesta demokrasi kita harapkan dari masjid ke masjid sampaikan pesan kedamaian," ujarnya kepada Republika, Jakarta, Kamis (22/2).

Ia pun mendukung langkah Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk mengatur tata cara berkhotbah saat pesta demokrasi. Langkah tersebut dianggapnya sebagai upaya untuk memberikan wawasan pencegahan, sosialisasi dan pengawasan terhadap praktik politik uang dan politisasi suku, agama, ras dan golongan (SARA) dalam pilkada.

"Kita yakin Bawaslu bukan intervensi kepada masjid tetapi memberi batasan tidak boleh masuk ranah kampanye di masjid, bahkan Bawaslu mau bikin modul kita terima, asal dibikin modul orang profesional," ungkapnya.

Sementara pada kesempatan sama, Habib Hamid Jafar Al Qadri menambahkan muatan dakwah yang seharusnya diterima masyarakat sejatinya mesti menyejukkan, bukan malah menjadi ajang khotbah tentang kebencian dan permusuhan.

Dari Masjid, pendakwah berkewajiban menyampaikan pesan dari ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Islam tidak menafikan gerakan politik yang dirajut dari masjid ke masjid, namun tentunya politik untuk kemashlahatan umat dan kebaikan bagi negara.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement