REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia meminta Komite Olimpiade Asia (OCA) mempertahankan nomor lomba 62 kilogram (kg) angkat besi pada Asian Games 2018. Permintaan itu menyusul keputusan Federasi Angkat Besi Asia (AWF) yang meminta OCA menghapus nomor perlombaan tersebut pada ajang pesta olahraga Asia Agustus mendatang.
Menpora Imam Nahrawi dalam suratnya kepada Presiden OCA Ahmad al-Fahad, Kamis (22/2), menyampaikan penolakan Indonesia atas permintaan AWF kepada OCA tersebut. Imam mengatakan, Indonesia sebagai tuan rumah dirugikan dengan desakan AWF kepada OCA tersebut.
"Indonesia akan sangat menghargai apabila Presiden OCA dapat tetap mempertahankan nomor perlombaan 62 kg angkat berat pada Asian Games 2018,” begitu permintaan Imam dalam surat kepada al-Fahad, melalui siaran pers yang diterima Republika, Jumat (23/2).
Dalam surat itu, Menpora Imam menjelaskan duduk perkara usulan dari AWF kepada OCA tersebut. Dia mengatakan, usulan meminta OCA menghapus nomor perlombaan tersebut berdasar hasil keputusan Komite Teknis dan Anggota Eksekutif AWF bertanggal 11 Februari lalu.
Namun, keputusan tersebut bertentangan dengan hasil rapat kordinasi antara AWF dan OCA bersama Panitia Penyelengga Asian Games 2018 (Inasgoc) pada 14 Januari lalu. Hasil rapat itu tak sekalipun pernah membahas tentang penambahan atau pengurangan nomor perlombaan Asian Games.
Selain itu, usulan AWF kepada OCA itu merugikan Indonesia sebagai tuan rumah. Indonesia mempertahankan nomor lomba tersebut mengingat adanya peluang memperoleh medali emas. Dari jumlah medali emas yang ditargetkan, Indonesia punya potensi di kelas 62 kg angkat besi lewat atletnya Eko Yuli Irawan.
Eko saat ini merupakan atlet angkat besi paling gemilang di Indonesia. Lifter asal Lampung tersebut mencatatkan prestasi terbaiknya pada nomor 62 kg saat meraih medali perak di Olimpiade Brasil 2016. Usulan AWF agar OCA mencoret kelas 62 kg angkat besi, menurut Imam, tentu pukulan telak bagi Kontingen Indonesia pada Asian Games.