REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak naik ke tingkat tertinggi dalam dua minggu pada akhir perdagangan Kamis (22/2). Kondisi itu didorong oleh data yang menunjukkan penurunan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS dan pelemahan dolar AS.
Harga patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan April naik 1,09 dolar AS atau sekitar 1,8 persen, menjadi 62,77 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah AS diperdagangkan antara 60,75 dolar AS hingga 63,09 dolar AS, tertinggi sejak 7 Februari.
Sementara harga patokan global, minyak mentah Brent untuk penyerahan April naik 97 sen atau sekitar 1,5 persen menjadi ditutup pada pada 66,39 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah Brent mencapai harga tertinggi dalam dua minggu di 66,56 dolar AS.
Persediaan minyak mentah AS secara tak terduga turun 1,6 juta barel pekan lalu, karena impor bersih jatuh ke rekor terendah dan ekspor melonjak. Sementara persediaan di pusat penyimpanan utama di Cushing, Oklahoma, turun lebih lanjut, menurut data Badan Informasi Energi AS (EIA).
Persediaan minyak mentah diperkirakan akan meningkat 1,8 juta barel. Hal ini karena stok meningkat secara musiman saat kilang-kilang mengurangi produksi guna melakukan perawatan berkala.
"Data mingguan EIA sangat mendukung WTI, mengingat penarikan-penarikan di AS dan Cushing, dorongan dalam ekspor minyak mentah di atas dua juta barel per hari serta produksi minyak mentah datar," kata Anthony Headrick, analis pasar energi di CHS Hedging LLC di Inver Grove Heights, Minnesota.
Persediaan minyak mentah di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma, berkurang 2,7 juta barel pada pekan lalu, penurunan mingguan keenam berturut-turut, kata EIA.
"Alasan persediaan terus turun di Cushing adalah karena pasar masih 'backwardated' dan oleh karena itu tidak ekonomis untuk menyimpan minyak mentah," kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston, Texas.
Dalam struktur pasar yang disebut "backwardation" (pembelian kontrak berjangka dengan harga lebih rendah dari biaya kontrak dengan penyerahan aset), mendorong harga-harga minyak mentah lebih tinggi daripada harga-harga "forward" (di depan), sehingga mengurangi antusias penyimpanan. "Lebih masuk akal untuk melikuidasi persediaan-persediaan di tangan Anda," kata Lipow.
Impor bersih minyak mentah AS turun 1,6 juta barel per hari menjadi di bawah lima juta barel per hari minggu lalu, tingkat terendah sejak EIA mulai merekam data pada 2001.
Ekspor minyak mentah AS melonjak menjadi di atas dua juta barel per hari, mendekati rekor 2,1 juta pada Oktober. Itu membantu mendorong impor bersih ke tingkat terendah.
Harga minyak juga didukung dolar AS yang turun dari tertinggi delapan hari. Melemahnya dolar AS membuat minyak dan komoditas-komoditas lain berdenominasi dolar AS lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Korelasi antara pergerakan harga minyak dan dolar AS telah menguat dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini karena investor semakin menjual aset-aset lainnya untuk membeli mata uang AS dipicu ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih cepat.