REPUBLIKA.CO.ID, AFRIN -- Milisi Kurdi YPG mengatakan, milisi pro-Pemerintah Suriah telah ditempatkan di garis depan untuk membantu menghentikan serangan Turki.
Para militan itu telah menarik diri dari Aleppo untuk kemudian dikerahkan dalam pertempuran di Afrin. Namun, YPG mengatakan mereka tetap membutuhkan bantuan dari tentara Suriah itu sendiri.
"Kelompok militan yang sejalan dengan tentara Suriah telah datang ke Afrin, namun tidak dalam jumlah atau kapasitas yang cukup untuk menghentikan serangan Turki. Tentara Suriah harus memenuhi tugasnya untuk melindungi perbatasan Suriah," ujar juru bicara YPG Nouri Mahmoud, Kamis (22/2).
Milisi pro-pemerintah Suriah tiba di wilayah barat laut Afrin pada Selasa (20/2) malam untuk menanggapi permintaan bantuan dari YPG yang diajukan kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad. Akan tetapi Assad tidak mengirimkan tentaranya sendiri, karena bisa memicu konfrontasi yang lebih luas dengan Turki.
Baca juga, Ini Jawaban Assad Atas Operasi Militer Turki di Afrin.
Seorang komandan pro-Assad, dan pejabat Kurdi mengatakan Rusia sebelumnya telah melakukan intervensi untuk mencegah Suriah mengirimkan tentaranya ke Afrin. Hal ini dilakukan setelah Rusia mendengar ada kesepakatan antara pemerintah Suriah dan milisi YPG.
Rusia adalah sekutu terkuat Assad dalam perang Suriah. Namun Moskow juga bekerja sama dengan Turki untuk menegosiasikan penyelesaian konflik.
Pada Kamis (22/2), Wakil Perdana Menteri Turki Bekir Bozdag mengatakan dia yakin tidak ada kesepakatan antara pemerintah Suriah dan milisi YPG. "Kami memiliki informasi mereka belum mencapai kesepakatan," kata Bozdag dalam sebuah wawancara di televisi.
Baik Assad maupun YPG telah menganggap Turki sebagai musuh. Ankara adalah salah satu kekuatan terbesar yang mendukung pemberontak anti-Assad di awal perang, yang sekarang menargetkan milisi Kurdi.