REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dakwah Islam selama enam abad tidak terungkap karena kurangnya bukti-bukti sejarah. Peneliti modern menemukan bukti-bukti dari buku yang ditulis sejarawan Muslim Arab, ahli geografi, dan para pakar hadis.
Sebagai contoh, sebuah narasi dari pakar hadis Imam Abadna Marwazi menyebutkan, sekelompok sahabat, termasuk Abu Oakkas Ibnu Ohaib, datang ke Chittagong pada 618 M.
Banyak pula narasi dari pakar geografi Arab dari abad ke-11, antara lain, Abul Kasem Obaidullah Ibd Khurdadbih, al-Idrisi, al-Masudi, dan Yaqub Ibn Abdullah yang menyebutkan hubungan bisnis dan menetapnya pedagang Arab di pelabuhan Chittagong, pelabuhan Sungai Chandpur, Ramu, Coxesbazar, dan lainnya. Hal tersebut diverifikasi oleh bukti-bukti arkeologi baru yang ditemukan.
Misalnya, sebuah koin emas periode Harun ar-Rasyid (788) ditemukan di Paharpur, Rajshahi. Satu set koin dari periode Abbasiyah ditemukan di Moinamoti, Comilla. Sebuah Masjid kuno yang dibangun pada abad ketujuh (689 SM) telah ditemukan baru-baru ini di Distrik Lalmonirhat.
Cerita-cerita rakyat dan lagu juga memberikan petunjuk penting tentang penyebaran Islam. Ini menunjukkan Islam telah menyebar di Bangladesh selama enam abad sebelum Muslim menaklukkan Bengal, sebutan untuk orang Bangladesh.
Penaklukan Bengal dimulai pada 1204. Islam menerima perlindungan dari penguasa. Tak ada hambatan masyarakat ketika itu untuk berislam. Alhasil, tak sedikit orang Bengal yang berikrar syahadat.
Masjid
Bangladesh dikenal dengan masjid-masjid bersejarah. Sixty Dome Mosque dibangun pada abad ke-15, Shona Mosque dibangun pada 1493, Bagha Mosque dibangun pada 1523.
Masjid lainnya, termasuk Masjid Saat yang berdiri pada 1669, pada 1664 dibangun Lalbagh Fort, Shahbaz Khan Mosque dibangun pada 1679, Khan Mohammad Mridha Mosque pada 1703, dan Noyabaad Mosque pada 1755.