REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kebijakan impor daging kerbau beku yang dilakukan pemerintah dinilai salah sasaran. Pengamat Indef Eni Sri Hartati mengatakan, persoalan yang ada di pasar adalah mahalnya harga daging sapi segar.
Sehingga, upaya yang harusnya dilakukan pemerintah adalah menambah persediaan daging segar, bukan daging beku. "Bisa ditarik kesimpulan bahwa importasi daging beku ini tidak ada korelasi yang signifikan untuk menurunkan harga daging segar," kata Eni, saat dihubungi Republika, Jumat (23/2).
Daripada mengimpor daging beku, ia menyarankan agar pemerintah lebih baik mendatangkan kerbau hidup. Hewan ternak itu lalu dapat disembelih di dalam negeri sehingga bisa menambah ketersediaan daging segar.
Lagi pula, tambah Eni, sebagian besar konsumen Indonesia cenderung mengakses pasar tradisional ketimbang swalayan. Sementara, pasar tradisional tidak memiliki infrastruktur cold storage yang dibutuhkan untuk menyimpan daging beku.
"Jadi, kalau yang diimpor daging beku, bagaimana bisa menstabilkan harga," kata dia.
Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah menerbitkan izin impor untuk daging kerbau sebanyak 100 ribu ton. Izin untuk mengimpor komoditas pangan dari India tersebut diberikan pada Perum Bulog.
"Sudah saya beri persetujuan pada Bulog untuk daging kerbau," kata Mendag, di kantornya, Kamis (22/2).