Jumat 23 Feb 2018 19:10 WIB

Median: Gatot Dinilai Representasi Kelompok Islam di Pilpres

Jenderal Gatot dianggap merepresentasikan kelompok Islam di Pilpres 2019

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Bayu Hermawan
Jenderal Gatot Nurmantyo
Foto: dok. Puspen TNI
Jenderal Gatot Nurmantyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun mengatakan, meningkatnya elektabilitas mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dalam survei calon presiden (Capres) Median, karena dianggap masyarakat sebagai representasi kelompok Muslim. Bahkan, Gatot dinilai sebagai satu-satunya bakal Capres yang mewakili kelompok tersebut.

"Gatot satu-satunya calon yang dianggap merepresentasikan kelompok Islam. Seperti yang kita lihat, gelombang politik keumatan ini sedang merekah," katanya kepada Republika.co.id, Jumat (23/2).

Saat ini, lanjut Rico, banyak yang tampil dengan menjadikan agama sebagai cara menentukan sikap politik. Kalangan ini menilai agama tidak bertentangan dengan dasar negara dan mereka pun memiliki hak untuk hidup di Tanah Air.

"Orang tidak malu-malu lagi menjadikan agama sebagai bagian dari pilihan dan cara menentukan sikap politik. Sekarang sedang berkembang. Kelompok ini menilai agama tidak bertentangan dengan dasar negara dan mereka berhak untuk hidup di Republik ini. Kelompok inilah yang menjadikan Gatot sebagai sandaran pilihannya," jelasnya.

Tak hanya faktor tersebut, Rico juga menyebut faktor militer juga membuat elektabilitas Gatot meningkat. Ciri ketegasan yang melekat pada militer, lanjut dia, masih menjadi faktor seseorang dipilih untuk maju sebagai Capres. "Figur militer ini memang masih memiliki tempat di sebagian masyarakat," ucapnya.

Faktor berikutnya terkait simpati. Gatot mendapat simpati dari sebagian publik ketika jabatan panglimanya diganti secara mendadak sebelum masuk masa pensiun. Keadaan ini kemudian memicu simpati publik sehingga elektabilitasnya mengalami kenaikan.

"Kita tahu dan ini sudah menjadi rahasia umum, bahwa Pak Gatot adalah salah satu lawan yang cukup kuat terhadap pejawat saat ini, dan dibicarakan banyak orang bukan hanya oleh pemilih tapi juga elit politik," ujarnya.

Dengan demikian, pergantian tersebut dianggap sebagai ketidakadilan dan politis di mata sebagian pemilih. "Bahwa ini sebuah langkah politik untuk mengurangi laju kompetitior sehingga simpati itu datang, orang merasa Pak Gatot diperlakukan enggak adil dan penggantiannya berbau politik," ungkap dia.

Rico mengungkapkan, dari hasil survei Median Februari ini, elektabilitas Gatot yaitu 5,5 persen. Sebelumnya, pada Oktober 2017 lalu, elektabilitas Gatot masih di angka 2,8 persen. Gatot dipilih karena tegas oleh 21,4 persen pemilih, karena pembelaan terhadap umat Islam 14,3 persen, dan juga karena diperlakukan tidak adil 10,6 persen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement