REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama-nama baru alternatif calon presiden (capres) penantang Joko Widodo (Jokowi) mulai bermunculan. Salah satunya Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi. Memang, sampai saat ini elektabilitas sang gubernur belum diperhitungkan. Namun, TGB diprediksi bakal menjadi lawan berat Jokowi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang.
Pengamat politik sekaligus analisis komunikasi politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan, belum diperhitungkan elektabilitas TGB dalam bursa capres ataupun cawapres karena sosok TGB yang kalem dan tidak ambisius.
“Memang kalau dibandingkan dengan Gatot (mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo--Red), elektabilitasnya masih kalah. Tapi, kalau dimajukan sebagai capres, TGB akan lebih berpeluang menjadi lawan berat Joko Widodo dibanding Prabowo yang maju,” ujar Hendri, Jumat (23/2).
Munculnya nama alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, itu, kata Hendri, karena umat membutuhkan figur pemimpin. Kemudian, mereka yang non-Islam juga mensyaratkan toleransi dari umat Islam. Apalagi, TGB terpilih menjadi gubernur selama dua periode serta dianggap berhasil memimpin NTB. Fakta ini bakal menjadi modal kuat untuk bisa menantang Jokowi dan capres atau cawapres lainnya.
“Selain sangat toleran dan berhasil memimpin NTB, TGB juga memiliki pengetahuan Islam yang sangat bagus dan dalam. Dia juga hafiz (hafal Alquran--Red),” kata Hendri.
Memang, Hendri melanjutkan, sejauh ini belum ada satu partai politik (parpol) pun yang secara resmi meminang TGB untuk maju pada Pilpres 2019. Namun, bila elektabilitas TGB perlahan mengalami peningkatan, dipastikan parpol akan mendekatinya.
"Kemungkinan paling besar yang pertama adalah Partai Demokrat, tapi kalau mereka tetap memaksakan AHY, TGB akan lepas. Karena saat ini, elektabilitas TGB lebih bagus dibanding AHY."
Berdasarkan hasil survei Media Survei Nasional (Median) pada Februari, elektabilitas Jokowi dan Prabowo Subianto, sebagai kandidat capres paling kuat pada 2019, mengalami penurunan tipis.
Menurut Direktur Eksekutif Median Rico Marbun, dari survei kepada 1.000 responden dengan margin of error sekitar 3,1 persen dan menggunakan metode multistage random sampling tersebut, ada beberapa nama capres alternatif yang justru mengalami kenaikan elektabilitas.
Di antara capres alternatif di luar Jokowi dan Prabowo tersebut muncul nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. “Elektabilitas mantan menteri pendidikan itu melonjak menjadi 4,5 persen dari sebelumnya pada Oktober 2017 sebesar 4,4 persen,” kata Rico.
Kendati demikian, Rico berpandangan, meskipun ada peningkatan elektabilitas, Anies tetap harus membuktikan kinerjanya di DKI Jakarta sebagai gubernur. Sebab, Anies yang sekarang bukanlah Anies yang dulu yang hanya dilihat dari aspek citra kepribadiannya.
“Beda Pak Anies yang sekarang dengan Anies sebelum dia jadi gubernur. Kalau sekarang, masyarakat melihatnya dua hal, citra kinerjanya dan pribadinya. Jadi, kalau cuma citra pribadi yang bagus, misalnya dizalimi dan sebagainya, tapi kinerjanya di Jakarta enggak bagus, ya sulit, ya sama saja,” kata dia.
Karena itu, tahun ini merupakan tahun pembuktian bagi Anies jika ingin melangkah di Pilpres 2019. “Kalau Anies Baswedan dianggap gagal dalam mengurus Jakarta, ya mungkin suaranya tidak bisa naik. Jadi, pencitraan saja. Tahun ini jadi pembuktian dia bisa atau enggak (mengurus Jakarta),” ujar Rico. (Pengolah: eh ismail).