REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim, Azyumardi Azra menyoroti pola penanganan terhadap eks teroris dan korban. Menurutnya keduanya harus sama-sama mendapatkan pendampingan oleh pihak terkait.
Ini penting sebagai cara meredam aksi terorisme di Indonesia. Karena itu, Azyumardi menegaskan pendampingan masif harus dilakukan oleh lembaga terkait. "Jika tidak, maka akan tercipta dendam kesumat yang tidak selesai-selesai," ujar mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ditemui di sela-sela launching dan bedah buku Jangan Putus Asa: Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya di Hotel Akmani, Jakarta, Sabtu (24/2).
Azyumardi menuturkan korban maupun eks teroris harus dipertemukan dan dibangun rekonsiliasi. Sehingga terjadi komunikasi yang baik antar kedua belah pihak.
Jika tidak demikian eks teroris bisa kambuh kembali melakukan aksinya. Begitu juga dengan keluarga korban, apabila tidak dilakukan pendampingan, dikhawatirkan mereka akan membalaskan dendam kepada eks teroris dan keluarganya. "Kalau tidak dirangkul kemungkinan membalas. Itu bisa mendatangkan kemarahan dan dendam," kata Azyumardi.
Ia menilai sejauh ini pola pendampingan masih fokus kepada eks teroris saja. Sedangkan korban dan keluarganya belum dilakukan. Untuk itu, Azyumardi meminta pihak terkait agar merangkul korban dan keluarganya.