REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Benyamin Biang Kerok menjadi film gaya semi-musikal pertama yang digarap oleh sutradara Hanung Bramantyo. Dalam gala premiere film Benyamin Biang Kerok, Sabtu (24/2) malam, Hanung mengatakan pembuatan film ini memerlukan waktu yang cukup lama dari film-film yang biasa ia garap.
"Ini merupakan tantangan untuk saya, bagaimana bisa menyajikan sesuatu agar orang terperangah, bahagia melalui musik dan tari," ujar Hanung selepas gala premiere di Grand Indonesia.
Dalam film yang akan tayang serempak di seluruh Indonesia pada 1 Maret mendatang itu, Hanung memasukkan unsur visual dan teknologi futuristik khas film Mission Imposible dan James Bond. Latarnya pun, menggunakan latar zaman modern dengan teknologi yang super canggih.
"Kita semua rindu kecerdasan dari almarhum Binyamin. Ini merupakan dedikasi untuknya yang juga bagian dari local culture," ujarnya.
Selain itu, Hanung juga memasukkan unsur-unsur terkait politik, sosial dan budaya dalam film Benyamin Biang Kerok. Film ini terbagi menjadi dua bagian cerita yang terpisah dengan kelanjutan film berikutnya akan tayang di akhir Desember 2018.
Film semi-musikal naungan Falcon Picture ini menceritakan kisah Pengki (Reza Rahadian) dengan seorang ibu terkaya (Meriam Berlina) dan ayah (Rano Karno) sang jawara silat Betawi yang memilih hidup sederhana. Pengki merupakan sosok pemuda yang peduli akan lingkungannya, terlihat dari upayanya mencegah penggusuran kampung dan menolong seorang tetangganya (Omas) dengan memberikan modal untuk berdagang.
Di tengah cerita, sosok Pengky akhirnya bertemu dan jatuh hati pada seorang artis ibu kota bernama Aida (Delia Husein), dan berniat mendapatkan perhatian balasan dari pujaan hatinya tersebut.
Di satu sisi, Aida telah diancam untuk dikawin paksa oleh seorang bos mafia bernama Said Toni Rojim (Haji Qomar), sehingga Pengki pun berupaya melepaskan Aida dari masalah tersebut. Bersama kedua temannya, Somad (Adjis Doa Ibu) dan Aci (Aci Resti), Pengki menjalankan misi agar Aida bisa terlepas dari ancaman kawin paksa Said sang bos mafia.
Penempatan aspek musikal yang begitu apik, ditata Hanung bersama para penari yang syuting dalam sehari hanya satu lagu. "Para pemain dan dancer berlatih satu lagu satu hari," ujar Hanung.