Senin 26 Feb 2018 11:19 WIB

Di Masa Utsmaniyah, Kaligrafi Mendapat Tempat Terhormat

Turki Utsmaniyah menaruh perhatian terhadap pengembangan seni dan budaya.

Kaligrafi
Kaligrafi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Di antara beragam bentuk seni Islam, kaligrafi adalah salah satunya yang sangat dihormati. Ya, karena kaligrafi merupakan sarana penting untuk melestarikan Alquran. 

Sejarah mencatat, di masa Kesultanan Turki Utsmani, kaligrafi pun mendapat tempat yang terhormat.  Tak hanya para seniman dan pelajar yang menggeluti seni menulis huruf Arab itu, tetapi beberapa sultan pun dikenal sebagai kaligrafer andal. Pada masa itu, Turki Utsmani merupakan kesultanan yang tidak hanya peduli pada ilmu pengetahuan, tetapi juga seni dan budaya.

Lantas, kapan bangsa Turki mulai mengenai kaligrafi?

Hal ini bermula dari sebuah migrasi. Pada abad ke-10, bangsa Turki bermigrasi ke barat dari tempat asal mereka di stepa (sebuah daratan tanpa pepohonan) yang terbentang di barat laut Cina.

Mereka bermigrasi ke wilayah Turkestan, Afghanistan, dan Iran.  Sebelumnya, nilai-nilai Islam telah menjadi pegangan bagi sebagian besar warga di tiga wilayah itu.

Kontak ini kemudian membuat orang-orang Turki secara massal berpindah agama. Mereka pun memutuskan menjadi Muslim. Setelah memeluk Islam, kecintaan mereka terhadap bahasa Arab pun tumbuh.

Secara perlahan, mereka meninggalkan abjad Uighur lama yang sebelumnya digunakan. Bahasa Arab pun mereka gunakan hingga seribu tahun sampai muncul abjad baru Turki pada 1928.

Meski telah memiliki abjad sendiri, kecintaan orang-orang Turki terhadap bahasa dan tulisan Arab tak pernah pudar. Kecintaah inilah yang menumbuhsuburkan perkembangan seni kaligrafi.

Perkembangan ini mencapai puncaknya ketika Kesultanan Turki Utsmani lahir. Hal ini dimungkinkan karena pemerintah memiliki semangat yang besar untuk mengembangkan kaligrafi. Salah satu penguasa Turki yakni Sultan Muhammad memberikan perhatian besar pada dunia seni, termasuk kaligrafi.

 

sumber : Islam Digest Republika
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement